Dari Sekaten hingga Kirab Ampyang, Ini 5 Tradisi Maulid Nabi dari Berbagai Daerah
Agama | 18 Oktober 2021, 05:35 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Tradisi adalah salah satu cara masyarakat Indonesia untuk memperingati hari besar termasuk Maulid Nabi 2021 yang jatuh pada 19 Oktober.
Upacara atau tradisi itu dilakukan untuk memuliakan hari lahir Nabi Muhammad dan bentuk keimanan kepada Allah SWT.
Berdasarkan Surat Edaran Kementerian Agama (Kemenag) yang ditandatangani 7 Oktober 2021, sejumlah tradisi Maulid Nabi boleh dilaksanakan dengan syarat tertentu.
Peraturan tersebut termasuk dilaksanakan dalam ruang terbuka, jumlah peserta maksimal 50 persen serta selalu menjalankan 5 M.
5 Tradisi Maulid Nabi di Berbagai Daerah
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, beberapa tradisi Maulid Nabi berikut ini diselenggarakan dengan meriah.
Tak ayal, beberapa di antaranya direncanakan jauh-jauh hari karena membutuhkan persiapan yang banyak.
Dilansir dari Tribunnews, Senin (18/10/2021), berikut tradisi Maulid Nabi di berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga: 5 Link Twibbon Maulid Nabi Muhammad 1443 H 19 Oktober 2021, Cek di Sini Ya!
1. Sekaten
Festival Sekaten adalah salah satu tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan melalui acara besar.
Biasanya, sekaten diselenggarakan oleh dua keraton di Jawa yakni Yogyakarta dan Surakarta.
Secara resmi, sekaten diadakan pada tanggal 5 hingga 12 Rabiul Awal.
Sekaten terdiri dari rangkaian acara dimulai dsri pertunjukan gamelan, gerebek mulud, hingga pasar malam.
Menurut cerita rakyat yang digali oleh Saddhono, tradisi Sekaten telah dilakukan pada masa Kerajaan Majapahit.
2. Walima
Walima merupakan tradisi Maulid Nabi yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo secara turun temurun.
Warga akan mempersiapkan kue-kue tradisional, seperti kolombeng, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi yang disusun dan diarak dari rumah menuju masjid terdekat.
Kue-kue tersebut kemudian akan dibagi-bagi kepada jamaah yang datang di masjid.
Baca Juga: Maulid Nabi: Kisah Bunyi Gemertak di Perut Nabi Muhammad karena Batu Melilit di Perutnya
3. Bungo Lado
Di Padang Pariaman, Sumatera Barat ada tradisi Maulid Nabi yang diberi nama Bungo Lado yang berarti pohon uang.
Menjelang Maulid Nabi, warga akan membuat pohon buatan yang dihiasi dengan uang kertas asli mulai dari pecahan terkecil hingga terbesar.
Selain itu, warga juga membawa makanan dan minuman secara sukarela untuk disantap bersama-sama.
4. Grebeg Maulud
Grebeg Maulud adalah upacara puncak Maulid Nabi Muhammad yang diselenggarakan oleh keraton baik Yogyakarta maupun Surakarta.
Upacara Grebeg Maulud dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur dan diselenggarakan setiap tahun tepatnya 12 mulud atau 12 Rabiul awal.
Upacara Grebeg Maulud ini pertama kali diperkenalkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Dulunya upacara diadakan dengan tujuan untuk senantiasa menyebarkan dan melindungi agama Islam.
Baca Juga: Jangan Sampai Muncul Klaster Baru karena Maulid Nabi, MUI Ingatkan Masyarakat Tetap Hati-hati
5. Kirab Ampyang
Kirab Ampyang adalah tradisi Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Loram Kulon dan Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Ampyang merupakan nasi kepal yang dibungkus daun jati dan diberi lauk. Nasi-nasi tersebut lantas disusun dalam bentuk gunungan.
Gunungan lantas diletakkan dalam tandu yang juga diisi oleh buah-buahan dan sayuran.
Tandu kirab Ampyang yang sudah didoakan langsung dibawa ke halaman halaman Masjid Wali At-Taqwa, Desa Loram Kulon untuk dibagi-bagi.
Penulis : Dian Nita Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Tribunnews.com