Dari Sekaten hingga Kirab Ampyang, Ini 5 Tradisi Maulid Nabi dari Berbagai Daerah
Agama | 18 Oktober 2021, 05:35 WIBWarga akan mempersiapkan kue-kue tradisional, seperti kolombeng, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi yang disusun dan diarak dari rumah menuju masjid terdekat.
Kue-kue tersebut kemudian akan dibagi-bagi kepada jamaah yang datang di masjid.
Baca Juga: Maulid Nabi: Kisah Bunyi Gemertak di Perut Nabi Muhammad karena Batu Melilit di Perutnya
3. Bungo Lado
Di Padang Pariaman, Sumatera Barat ada tradisi Maulid Nabi yang diberi nama Bungo Lado yang berarti pohon uang.
Menjelang Maulid Nabi, warga akan membuat pohon buatan yang dihiasi dengan uang kertas asli mulai dari pecahan terkecil hingga terbesar.
Selain itu, warga juga membawa makanan dan minuman secara sukarela untuk disantap bersama-sama.
4. Grebeg Maulud
Grebeg Maulud adalah upacara puncak Maulid Nabi Muhammad yang diselenggarakan oleh keraton baik Yogyakarta maupun Surakarta.
Upacara Grebeg Maulud dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur dan diselenggarakan setiap tahun tepatnya 12 mulud atau 12 Rabiul awal.
Upacara Grebeg Maulud ini pertama kali diperkenalkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Dulunya upacara diadakan dengan tujuan untuk senantiasa menyebarkan dan melindungi agama Islam.
Baca Juga: Jangan Sampai Muncul Klaster Baru karena Maulid Nabi, MUI Ingatkan Masyarakat Tetap Hati-hati
5. Kirab Ampyang
Kirab Ampyang adalah tradisi Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Loram Kulon dan Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Ampyang merupakan nasi kepal yang dibungkus daun jati dan diberi lauk. Nasi-nasi tersebut lantas disusun dalam bentuk gunungan.
Gunungan lantas diletakkan dalam tandu yang juga diisi oleh buah-buahan dan sayuran.
Tandu kirab Ampyang yang sudah didoakan langsung dibawa ke halaman halaman Masjid Wali At-Taqwa, Desa Loram Kulon untuk dibagi-bagi.
Penulis : Dian Nita Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Tribunnews.com