Pengakuan Nelayan di Muara Angke: Pencemaran di Laut Sudah Lama, Tidak Hanya Paracetamol
Peristiwa | 5 Oktober 2021, 16:50 WIBBaca Juga: Teluk Jakarta Terkontaminasi Paracetamol, Peneliti Bantah Ada Kaitannya dengan Budidaya Perikanan
Selain menjadi nelayan kerang, Agung juga kerap menyelam untuk mencari rajungan atau kepiting.
Ia mengatakan, meskipun tercemar limbah, ia akan tetap menyelam guna mencari kepiting yang dijual untuk keesokkan harinya.
Jika kemudian limbah datang, kata Agung, maka keesekon harinya ikan, kerang, dan biota laut lainnya ditemukan mati mengapung di laut.
"Kita tetap nyelem. Biarpun ada limbah. Waktu saya nyelem juga limbah sering pas banget limbah datang. Besoknya udah, ternak dan ikan mati semua," katanya.
Biasanya, kata dia, limbah berbau seperti air cucian, terkadang seperti bau sabun dan juga bau obat.
"Baunya kayak cucian kain, bau sabun, (bau) obat," ucapnya.
Baca Juga: Pemprov DKI Teliti Kontaminasi Paracetamol di Teluk Jakarta, Hasilnya 14 Hari Lagi
Sebelumnya, ramai diperbincangkan soal kontaminan paracetamol di teluk Jakarta yang diketahui berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Penelitian tersebut menemukan kandungan tinggi paracetamol sebesar 610 nanogram per liter di Angke dan di Ancol mencapai 420 nanogram per liter.
Dalam penelitian itu disebutkan secara teori sumber sisa paracetamol yang ada di perairan Teluk Jakarta dapat berasal dari konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit dan industri farmasi.
Tingginya angka penduduk di Jakarta dan bebasnya peredaran obat yang dijual tanpa resep dokter dapat berpotensi menjadi sumber kontaminan.
Namun, berdasarkan pengakuan para nelayan dan pengepul kerang, laut di Jakarta tidak hanya terkontaminasi paracetamol, namun juga banyak pencemar lain dari limbah hasil industri.
Baca Juga: Ada Kandungan Paracetamol di Teluk Jakarta, Peneliti BRIN Sebut Orang Jakarta Banyakan Pusing
Penulis : Hasya Nindita Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV