Soal Tudingan RS Meng-Covid-kan Pasien, Begini Penegasan Persi
Update corona | 20 Juni 2021, 18:15 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) angkat bicara terkait adanya tudingan rumah sakit (RS) meng-covid-kan pasiennya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persi Lia G Partakusuma mengungkapkan tidak ada satupun RS yang berkeinginan untuk melakukan hal tersebut. Menurut penilaiannya, meng-Covid-kan pasien hanya perbuatan oknum.
"Istilah meng-Covid-kan pasien saya rasa itu oknum. Kami tidak pernah menginginkan ada satu pun rumah sakit yang meng-Covid-kan. Itu mudah-mudahan tidak ada satu pun RS yang berkeinginan meng-Covid-kan begitu," kata Lia dalam jumpa pers virtual, Minggu (20/6/2021).
Sebab, lanjut Lia, tindakan tersebut tidak baik dan dampaknya sangat buruk untuk rumah sakit se-Indonesia.
"Kalaupun ada misalnya, kemudian menyamaratakan 3.000 rumah sakit seperti hal yang sama juga tidak benar," tegas dia.
Baca Juga: Angka Covid-19 DKI Jakarta Meningkat Tajam, Anies: Yuk di Rumah Saja
Dia menjelaskan bahwa terdapat aturan yang sangat kuat perihal kapan pasien itu ditentukan atau didiagnosa positif Covid-19.
Menurut pemaparannya, pihak rumah sakit harus melampirkan banyak sekali dokumen pendukung untuk menyampaikan seseorang terpapar virus Corona.
"Jadi masyarakat jangan juga merasa bahwa kalau diagnosa Covid-19 pasti akan diklaim oleh RS sebagai pasien Covid-19," jelas Lia.
Lia mengimbau kepada masyarakat agar dapat selalu percaya kepada rumah sakit dan tenaga medis khususnya dokter bahwa dokter akan mengobati sesuai dengan kondisi pasien.
Baca Juga: Perhimpunan Rumah Sakit Ungkap Kondisi RS Kewalahan Tangani Pasien
"Ada satu kendala pada waktu awal, diagnostik itu agak membutuhkan waktu yang lama. Ada yang diagnostik cepat di RS besar atau yang labnya punya fasilitas lengkap, sehingga dalam satu hari bisa terdiagnosa. Ada juga yang sampai berhari-hari," jelas dia.
"Yang namanya pemeriksaan lab itu tergantung dengan individu. Jadi tidak misalnya satu orang hari ini diperiksa negatif, kemudian satu minggu kemudian negatif," sambungnya.
Bahkan kata Lia, terdapat satu proses di mana replikasi virus membutuhkan waktu. Bisa saja ada gejala tapi belum terdeteksi oleh alat diagnostiknya.
"Banyak hal yang bisa menyebabkan hasil diagnostik ini punya satu kekurangan, ada satu kekurangan mungkin belum ditemukan pada saat itu tapi ditemukan pada saat yang lain," papar dia.
Baca Juga: Muncul Kluster Ziarah Makam Wali Limo: 21 Orang Terkonfirmasi Positif Covid-19 dan 2 Meninggal
Penulis : Isnaya Helmi Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV