Pengamat: Koalisi Parpol Terjadi Karena Kepentingan Politik Pragmatis, Bukan Ideologi dan DNA
Politik | 31 Mei 2021, 09:51 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Pengamat Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menegaskan tidak ada hubungan perbedaan ideologi dan DNA dengan koalisi partai politik. Sebab koalisi partai semata-mata dilakukan untuk kepentingan politik pragmatis bersama-sama.
Demikian Ray Rangkuti merespons pernyataan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang menyebut partainya tidak bisa berkoalisi dengan PKS dan Partai Demokrat karena perbedaan ideologi dan DNA.
“Di beberapa daerah, koalisi PDIP dengan PKS atau koalisi PDIP dengan partai Demokrat berlangsung dengan mulus. Hampir tidak ada perdebatan tentang ideologi maupun DNA antarpartai politik,” kata Ray Rangkuti, Senin (31/5/2021).
“Koalisi antara partai semata direkatkan oleh kepentingan bersama. Dalam hal ini adalah kepentingan politik pragmatis. Tidak ada hubungan biologis atau hubungan DNA, tapi mereka bisa bertemu, karena semata-mata karena ada kepentingan politik yang sama,” tambahnya.
Baca Juga: Blak-blakan, PDIP Beberkan Alasan Tak Bisa Koalisi dengan Partai Demokrat dan PKS
Ray lebih lanjut membeberkan sejumlah bukti jika ideologi dan DNA tidak ada korelasinya dengan dasar partai politik melakukan koalisi. Dalam cermat Ray, ada sejumlah pemilihan umum kepala daerah dimana PDIP bisa berkoalisi dengan PKS dan Partai Demokrat.
“Koalisi PDIP dan PKS ada di propinsi Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,” ujar Ray.
“Sementara koalisi PDIP dengan partai Demokrat ada di daerah Dharmasaraya, Tidore, Rejang Lebong, Bandar Lampung, Mamuju, Tidore,” lanjutnya.
Ray menambahkan, jika diperhatikan koalisi PDIP dengan PKS banyak berlangsung di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sementara koalisi PDIP dengan Partai Demokrat umumnya berlangsung di tingkat kabupaten/kota.
“Tidak jelas benar perbedaan antara kerja sama di tingkat provinsi dengan kerja sama di tingkat kabupaten/kota,” kata Ray.
“Tapi jika sekadar melihat hubungan PDIP dengan PKS dan hubungan PDIP dengan partai Demokrat maka klaim bahwa ada DNA dan ideologi antara PDIP yang berbeda dengan PKS dan Demokrat nampaknya tidak ditemukan,” tambahnya.
Baca Juga: Soal Koalisi dengan Gerindra di Pilpres 2024, Ini Kata PDI Perjuangan
Artinya, sambung Ray, bisa dimaknai bahwa pernyataan Hasto Kristiyanto hanyalah sekedar trik politik biasa.
“Yang boleh jadi memang merupakan sikap PDIP untuk pilpres 2004 yang akan datang tetapi sebenarnya tidak menunjukkan posisi ideologis dari PDIP,” ujarnya.
“Sebab jika ada perbedaan ideologis antara PDIP dengan PKS ataupun perbedaan DNA antara Partai Demokrat dan PDIP mestinya kerjasama dalam bentuk koalisi pun tidak terjadi di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota,” lanjut Ray.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV