Mengenang Anregurutta KH Sanusi Baco: Dikunjungi Kapolri, Dihormati Mahfud MD, Dikagumi JK
Sosial | 17 Mei 2021, 05:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan KH Muhammad Sanusi Baco meninggal dunia, Sabtu (15/5/2021) di Makassar, Sulawesi Selatan dalam usia 84 tahun.
Sanusi Baco, yang juga Mustasyar PBNU ini, merupakan ulama kharismatik yang oleh masyarakat Sulawesi Selatan diberi panggilan "anre gurutta" atau semakna dengan ulama besar.
Hal itu bisa dilihat dari seringnya para tokoh bertandang ke kediamannya. Di awal memangku sebagai Kapolri, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo pun bertandang ke rumahnya untuk menyampaikan pesan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibnas) melalui dakwah dan ceramah.
Permintaan tersebut dilontarkan Kapolri langsung. Silaturahmi itu dilakukan seusai Kapolri memberikan arahan kepada para pejabat utama Polda Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Kakanwil Kemenkumham Sulsel Serahkan SK Remisi di Rutan Makassar
Kunjungan itu, kata Kapolri, bertujuan untuk mempererat hubungan antara Polri dan ulama serta organisasi masyarakat besar Islam.
"Dukungan para ulama sangat penting untuk mewujudkan kamtibmas yang aman dan damai," ujar Listyo, Sabtu (13/02/2021).
Sementara Menkopolhukam Mahfud MD mengenang keluasan ilmu dan lembut dalam penampilan. "Almarhum adalah ulama yang sangat luas ilmunya dan lembut penampilannya. Semoga Allah mengampuni dosanya dan memberikan surga-Nya," kata Mahfud, Minggu (16/5/2021).
Mahfud pun terkenang bila ke Makassar biasanya mampir ke kediaman almarhum untuk berdiskusi tentang masalah-masalah keummatan. "Beliau selalu bersemangat dan banyak humor. Sedih juga, saat kunjungan ke Makassar pertengahan Ramadhan kemarin saya tidak mampir ke rumah beliau karena suasana pandemi Covid-19," kenang Mahfud.
Sementara jajaran Kementerian Agama pun merasa kehilangan dengan sosok ulama ini. Hal itu diungkapkan Sekretaris Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam (Sesditjen Bimas Islam).
Baca Juga: Pesan Kakanwil Kemenkumham Sulsel Jelang Idul Fitri
Fuad mengenang kesannya saat berjumpa dengan KH Muhammad Sanusi Baco dalam suatu acara. "Saya sempat berjabat tangan, sudah cukup lama. Saya ingat sosok anre gurutta yang tawadhu, wajahnya teduh dan tidak menonjolkan diri meskipun beliau tokoh ulama di daerahnya," kenang Fuad.
Fuad menyampaikan, di daerah-daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan Maluku, masih banyak alim ulama, tengku, buya, ajengan, kiyai, tuan guru dan gurutta. Mereka ikhlas dan istiqamah menunaikan tugasnya dalam membina dan membela umat serta mendidik generasi penerus.
"Mereka tidak mencari popularitas dan tidak mengejar jabatan. Kedudukan sebagai ulama pewaris nabi dan khadimul ummah sudah begitu terhormat. Salah satu ulama panutan di daerah Sulawesi Selatan ialah KH Muhammad Sanusi Baco," kata Fuad.
KH Muhammad Sanusi Baco kelahiran Maros, Sulsel, 4 April 1937. Ia memulai pendidikan dengan belajar kepada beberapa guru di desanya hingga menyelesaikan pesantren Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) Mangkoso, Barru, selama 8 tahun.
Setelah itu, dia menyelesaikan pendidikan sarjana muda di Universitas Muslim Indonesia hingga mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama untuk kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Saat melepas kepergian almarhum, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan kekagumannya. Sebab, selama hidup hanya diisi dengan kegiatan dakwah.
Baca Juga: Kemenkumham Sulsel Rekomendasikan 22 Calon pemberi bantuan hukum
"Sepulang almarhum dari Mesir langsung menjadi imam masjid dan tinggal di kompleks masjid ini sampai berpuluh tahun dan terakhir menjadi ketua yayasan masjid raya," ucap JK yang juga dewan pembina Masjid Raya Makassar.
Dan selama puluhan tahun pula almarhum menjabat sebagai Ketua MUI Sulsel tidak ada yang menggantikannya. "Sama dengan ketua masjid raya, walaupun beliau dalam keadaan kesehatan yang lagi tidak fit, tetap saja kita anggap dia sebagai ketua masjid sampai sekarang," kata JK.
Almarhum dimakamkan di di Talawe Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros, Minggu (16/5/2021) tak jauh dari makam orang tuanya. Ribuan orang mengantar kepergiannya.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV