> >

Bambang Brodjonegoro, Mengawali Pemindahan Ibu Kota Berakhir di Menristek

Sosok | 12 April 2021, 06:00 WIB

 

Menristek Bambang Brodjonegoro acara Penandatanganan Piagam Serah Terima Penyelenggaraan Habibie Award dari Yayasan SDM Iptek ke Kementerian Ristek/BRIN secara virtual, Jumat (6/11/2020) sore. (Sumber: Tangkapan layar Zoom Kemenristek/Kompas.com)


JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro pamit dari jabatannya setelah kementeriannya digabung
dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Karena sesuai dengan hasil sidang paripurna DPR, Kemenristek akan dilebur ke Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, katanya saat meresmikan Science Techno Park Universitas
Hasanuddin (Unhas) di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (9/4/2021).

Dengan begitu, tidak akan ada lagi  Kemenristek dan tak ada lagi kunjungan kerja ke daerah dari Menristek ke mana pun.

Semenjak masuk ke Kemenristek, nama ekonom ini memang agak tenggelam. Berbeda dengan saat duduk sebagai Menteri Keuangan di periode pertama Presiden Jokowi ( 27 Oktober 2014-27 Juli 2016) atau saat duduk sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 27 Juli 2016 sampai 20 Oktober 2019.

Baca Juga: DPR Setujui Penggabungan Kemenristek ke Kemendikbud dan Pembentukan Kementerian Investasi

Ketika menjabat sebagai menteri PPN/Kepala Bappenas, kelahiran Jakarta, 3 Oktober 1966 ini
diberi tanggungjawab untuk pemindahan ibu kota negara (IKN).

“Ibu kota baru harus mengakomodasi semua wilayah Indonesia, harus di tengah, di Kalimantan,
untuk mewujudkan Indonesia-sentris, mendorong pemerataan pembangunan, dan memacu pertumbuhan ekonomi. ” katanya dalam acara  “YouthTalks: Yuk Pindah Ibu Kota” yang digelar di Gedung Bappenas, Selasa 20 Agustus 2019 silam. 


Menurut dekan fakultas ekonomi Universitas Indonesia termuda ini (2005-2009), Jakarta sudah
tidak layak lagi sebagai ibu kota.

"Jakarta sudah terlalu banyak penduduknya. Akibat terlalu banyak orang, maka dari tempat
tinggal ke tempat kerjanya, mereka mengalami kemacetan," ujarnya.

Baca Juga: Menristek Sebut GeNose Hanya Butuh 3 Menit

Nah, ketika bermacet ria di jalan yang membutuhkan waktu berjam-jam, kata Bambang, maka masyarakat harus bertanya kepada diri sendiri. Apa yang bisa dilakukan dengan waktu berjam-jam di jalan itu.   

Namun, tugas pemindahan ibu kota berakhir saat dia duduk sebagai Menristek. Sebagai menristek,
Bambang pernah mengungkapkan pentingnya inovasi berbasis digital pasca pandemi, di antaranya
pesawat terbang amphibi untuk menghubungkan koneksi antar pulau; drone militer; katalis merah
putih yang bisa merubah minyak nabati menjadi bahan bakar siap pakai; serta riset garam agar
kualitas garam hasil petani dapat diserap industri. 

Dengan berakhirnya posisi di Kementerian Ristek, Bambang masih belum tahu langkah selanjutnya
di kementerian.

"Itu keputusan yang sudah diambil dan saya belum tahu nanti detailnya bagaimana
yang pasti itulah yang akan berlangsung dan saya tidak tahu nanti BRIN-nya juga dengan format
apa, saya juga susah menebak," katan lelaki bernama lengkap Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro itu.

Meski anak bungsu dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Soemantri Brodjonegoro (28 Maret 1973
– 18 Desember 1973),  itu  mungkin sudah tak lagi duduk di kabinet, tapi dunia kampus masih
terbuka lebar baginya. Siapa tahu, prestasi sang ayah yang pernah duduk sebagai rektor UI
terlama (1964-1973) juga bisa diraihnya.

 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU