> >

Awas Diet Ekstrem Merajelela

Kesehatan | 10 April 2021, 18:37 WIB
Diet yakult (Sumber: Youtube Diet Santuy)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Diet ekstrem atau diet ngawur yang tidak ada penjelasan detailnya apabila dilakukan dampaknya bukan menjadi sehat malah akan merusak kesehatan.

Diet kontroversi Tya Ariestya yang belakangan mengundang perdebatan dari berbagai pihak bukanlah kasus pertama yang terjadi di Indonesia. Sudah banyak berseliweran diet-diet yang tidak sehat bahkan ngawur yang bahkan viral di Indonesia.

Ada diet yang hanya sebagian besarnya hanya makan daging atau lemak yang populer dengan nama Diet Keto. Kemudian, ada Diet Mayo, diet yang tidak makan sayur, Diet Karbo dan lain sebagainya.

Lucunya, baru-baru ini pada media sosial Tiktok banyak berseliweran diet-diet yang tidak sehat dan viral.

Baca Juga: Yuk, Diet Sehat dengan Lompat-Lompat di Trampolin!

Di antaranya, seperti hanya makan kentang rebus yang hanya dibumbui penyedap rasa dan saus sambal atau minum Yakult 15 botol per hari. Semuanya dengan embel-embel bisa menurunkan berat badan secara praktis dan cepat, tetapi lupa dengan kata "sehat".

Penggiat diet sehat yang kerap dipanggil Coach Anton S dalam kanal Youtube, Diet Santuy menanggapi hal tersebut dengan penjelasan lebih detail. 

"Kalau makan kentang doang sumber gizinya dari mana? Ini membahayakan loh, jelas akan terjadi banyak defisiensi zat gizi tertentu," terangnya dalam kanal Youtube-nya, Selasa (30/3/2021). 

Beberapa poin yang disoroti adalah bagaimana buku tersebut menulis, makanan berserat seperti sayur bisa mengganggu bakteri baik dalam tubuh dan bakteri baik yang terganggu tidak menyerap nutrisi penting dari lambung dan usus. Kemudian, makanan berserat disebut menyebabkan perut kembung dan diare pada beberapa orang.

Dalam tayangan channel Youtube KompasTV program Kamar Rosi juga sempat membahas diet-diet ekstrem yang viral belakangan ini.

Menurut dokter sekaligus ahli gizi dr Tan Shot Yen, narasumber dalam tayangan tersebut mengatakan, bahkan penggunaan air fryer yang diharapkan bisa mengurangi penggunakan konsumsi minyak sehingga kalori yang masuk bisa diminamilisir.

Padahal menurut Tan, makanan apabila dimasak dalam suhu tinggi akan menghasilkan akrilamida dan Polycyclic aromatic hydrocarbon yang tidak sehat. 

"Itu adalah hasil atau senyawa dari karbohidrat ataupun protein. Itu yang memberikan sensasi renyah dan gurih," ujarnya. 

Baca Juga: Tidak Diet, Ini Rahasia Tika Panggabean Turunkan Berat Badannya

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU