> >

Hari Ini, Satu Abad Bapak Film Nasional Usmar Ismail

Sosok | 20 Maret 2021, 05:00 WIB
Bapak Film Nasional Usmar Ismail (20 Maret 1921-2 Januari 1971)  (Sumber: Tribunnews)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Dunia perfilman di tanah air tak mungkin bisa dilepaskan dari sosok Usmar Ismai. Penulis skenario, sutradara dan produser film kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat pada 20 Maret 1921, ini adalah pioner dalam pembuatan drama modern dan film di tanah air.

Salah satu karyanya, "Darah dan Doa" yang dibuat tahun 1950,  menjadi cikal bakal hari film nasional yang dirayakan setiap 30 Maret. Tanggal 30 Maret  adalah hari shooting pertama film ini.  

Karya lain dari Usmar yang banyak memberi pengaruh terhadap dunia sinema di tanah air adalah "Enam Jam di Jogja" (1951), "Dosa Tak Berampun" (1951) , "Krisis" (1953) dan "Tiga Dara" (1955).

Dalam usia yang masih belia, Usmar sudah menunjukkan bakatnya di bidang sastera dan teater. Salah seorang sahabatnya, almarhum Rosihan Anwar,  mengisahkan saat duduk di bangku SMP mereka akan membuat pertunjukan drama dalam rangka perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina, di Pelabuhan Muara, Padang. Usmar dan kawan-kawan ingin menyajikan satu pertunjukan unik dan mengesankan.

Baca Juga: Sambut Hari Kemerdekaan dengan Rekomendasi Film Indonesia Berikut Ini

Namun karena perjalanan sangat jauh, pertunjukan itu telat dipentaskan. Tapi, para sahabat mengenang bahwa Usmar sudah menunjukkan bakat pada dunia akting dan penyutradaraan.

Setelah lulus SMP, Usmar melanjutkan pendidikan ke AMS Yogyakarta. Pada tahun 1943, Usmar bersama abangnya sastrawan  El Hakim alias Abu Hanifah,  Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, serta H.B. Jassin mendirikan kelompok sandiwara yang diberi nama "Maya".  Kelompok teater ini sering mementaskan  sandiwara berdasarkan teknik teater barat.

Selesai sekolah di Yogyakarta,  Usmar melanjutkan studi ke University of California di Los Angeles, Amerika Serikat.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Film Indonesia Wajib Nonton Saat di Rumah Saja


Setelah proklamasi kemerdekaan, Usmar pernah ikut dalam dinas militer dan juga menjadi wartawan. Dia pernah mendirikan harian "Patriot" dan bulanan "Arena". 

Usmar juga  pernah terlibat dan menjadi Ketua Permusyawaratan Kebudayaan Yogyakarta (1946-1948), ketua Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta (1946-1948), ketua Akademi Teater Nasional Indonesia, Jakarta (1955-1965), serta ketua Badan Musyawarah Perfilman Nasional (BMPN).

Ia juga dikenal sebagai pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia bersama beberapa pengusaha film lain.

Bakat dan kemampuanya sangat lengkap. Kiprahnya di dunia perfilman turut memajukan dunia sinema di tanah air. Tidak heran sejak 2018 silam,  para insan film pernah mengusulkan dia menjadi Pahlawan Nasional.

Gdelar pahlawan nasional dinilai layak disematkan padanya. Menurut Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat, Wina Armada, Usmar adalah  perintis untuk semua hal di perfilman Indonesia. "Dia lah yang meletakkan sinema Indonesia pertama, dibuat oleh orang Indonesia, kru orang Indonesia. Itulah film Indonesia pertama (Darah dan Doa) dan ceritanya menarik," ujar Wina dalam forum "Sinergi Hari Film Nasional", Rabu (17/3/2021).

Usmar meninggal pada Pada 2 Januari 1971  karena stroke yang dideritanya.


 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU