4 Risiko Terlalu Sering Konsumsi Ikan Mentah
Kesehatan | 12 Oktober 2024, 04:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Ikan mentah menjadi sajian kuliner yang banyak digemari orang Jepang. Bahkan, sebagian orang Indonesia pun menyukai sajian ikan mentah segar ini, terutama hidangan khasnya yang mendunia, sushi dan sashimi.
Namun, konsumsi daging ikan mentah terlalu sering tidak dianjurkan. Makan ikan mentah dikaitkan dengan risiko infeksi parasit dan keracunan makanan yang lebih tinggi.
Efek makan ikan mentah tidak langsung dirasakan oleh sebagian orang dengan kondisi tubuh sehat. Namun, hidangan jenis ini tetap berpotensi memberikan ancaman serius bagi mereka yang memiliki fisik dan imunitas rawan, seperti orang lansia, anak-anak di bawah usia 5 tahun, ibu hamil, atau orang dengan imunitas lemah.
Baca Juga: Suka Makan Ikan Mentah? Waspadai 5 Infeksi Bakteri dan Parasit Ini
Dikutip dari laman Healthline, berikut risiko konsumsi ikan mentah terlalu sering.
1. Infeksi parasit
Ikan mentah yang tidak melalui proses pemasakan dengan baik berpotensi menjadi media masuknya parasit ke dalam tubuh. Parasit adalah organisme yang hidup dan mengisap makanan dari organisme lain yang ditempelinya.
Beberapa parasit tidak menyebabkan gejala kesehatan serius, namun yang lain bisa menyebabkan masalah kesehatan dalam jangka panjang. Food and Drug Administration AS menyebutkan, ikan mentah baru dapat dikonsumsi dengan aman setelah dibekukan selama 12 hingga 24 jam.
Cara ini terbukti efektif untuk menyingkirkan kontaminan berbahaya yang ada di dalam ikan.
2. Infeksi bakteri
Konsumsi ikan mentah atau setengah matang juga dapat meningkatkan risiko keracunan makanan karena infeksi bakteri. Sejumlah bakteri yang berpotensi berbahaya dan terdeteksi pada ikan mentah, termasuk Listeria, Vibrio, Clostridium, dan Salmonella.
Gejala utama masalah kesehatan ini dapat meliputi sakit perut, mual, muntah, dan diare setelah makan ikan belum matang. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan, sekitar 10 persen makanan laut mentah impor dan 3 persen makanan laut mentah dalam negeri positif mengandung Salmonella.
Melansir laman Verywell Health, risiko keracunan makanan akibat mengonsumsi ikan mentah tersebut relatif kecil pada orang dengan imun yang kuat. Namun, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti lansia, anak kecil, dan pasien HIV, lebih rentan terhadap infeksi, sehingga harus menghindari makan ikan mentah.
Ibu hamil juga disarankan untuk menghindari makan ikan mentah karena risiko infeksi Listeria yang dapat menyebabkan kematian janin.
3. Risiko kontaminasi polutan
Tidak hanya infeksi parasit dan bakteri, konsumsi ikan mentah juga meningkatkan risiko terpapar polutan lebih tinggi. Polutan organik persisten (Persistent Organic Pollutants/POPs) adalah bahan kimia beracun hasil industri yang dilepaskan ke lingkungan.
Ikan, terutama salmon yang hidup di penangkaran, merupakan salah satu makhluk hidup yang dapat mengakumulasi POPs. Hal tersebut disebabkan penggunaan pakan ikan yang terkontaminasi bahan kimia ini.
Sebuah penelitian turut menemukan, salmon yang dimasak mengandung sekitar 26 persen lebih sedikit POPs dibandingkan salmon mentah. Tingginya asupan polutan organik persisten sendiri telah dikaitkan dengan penyakit kronis, termasuk kanker dan diabetes tipe 2.
Baca Juga: PM Jepang Makan Ikan Mentah dari Perairan Fukushima, Tepis Kekhawatiran Limbah Nuklir
4. Paparan merkuri
Konsumsi ikan mentah juga meningkatkan risiko paparan merkuri dalam jumlah tinggi. Merkuri adalah bahan kimia yang dapat mengendap di dalam ikan akibat paparan limbah manusia di perairan tempat mereka hidup.
Di dalam lingkungan air, merkuri tersebut mengalami perubahan menjadi metil-merkuri yang kemudian terikat pada protein dalam otot ikan. Zat ini dapat terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, berpotensi membahayakan perkembangan bayi dalam kandungan, serta dapat memengaruhi komposisi ASI pada ibu yang sedang menyusui.
Selain itu, penumpukan merkuri dalam tubuh juga dapat menyebabkan risiko lainnya, seperti gangguan perkembangan kognitif pada anak, masalah motorik, kesulitan bernafas, pembengkakan mulut, bahkan kegagalan organ.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV