4 Risiko Terlalu Sering Konsumsi Ikan Mentah
Kesehatan | 12 Oktober 2024, 04:00 WIBGejala utama masalah kesehatan ini dapat meliputi sakit perut, mual, muntah, dan diare setelah makan ikan belum matang. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan, sekitar 10 persen makanan laut mentah impor dan 3 persen makanan laut mentah dalam negeri positif mengandung Salmonella.
Melansir laman Verywell Health, risiko keracunan makanan akibat mengonsumsi ikan mentah tersebut relatif kecil pada orang dengan imun yang kuat. Namun, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti lansia, anak kecil, dan pasien HIV, lebih rentan terhadap infeksi, sehingga harus menghindari makan ikan mentah.
Ibu hamil juga disarankan untuk menghindari makan ikan mentah karena risiko infeksi Listeria yang dapat menyebabkan kematian janin.
3. Risiko kontaminasi polutan
Tidak hanya infeksi parasit dan bakteri, konsumsi ikan mentah juga meningkatkan risiko terpapar polutan lebih tinggi. Polutan organik persisten (Persistent Organic Pollutants/POPs) adalah bahan kimia beracun hasil industri yang dilepaskan ke lingkungan.
Ikan, terutama salmon yang hidup di penangkaran, merupakan salah satu makhluk hidup yang dapat mengakumulasi POPs. Hal tersebut disebabkan penggunaan pakan ikan yang terkontaminasi bahan kimia ini.
Sebuah penelitian turut menemukan, salmon yang dimasak mengandung sekitar 26 persen lebih sedikit POPs dibandingkan salmon mentah. Tingginya asupan polutan organik persisten sendiri telah dikaitkan dengan penyakit kronis, termasuk kanker dan diabetes tipe 2.
Baca Juga: PM Jepang Makan Ikan Mentah dari Perairan Fukushima, Tepis Kekhawatiran Limbah Nuklir
4. Paparan merkuri
Konsumsi ikan mentah juga meningkatkan risiko paparan merkuri dalam jumlah tinggi. Merkuri adalah bahan kimia yang dapat mengendap di dalam ikan akibat paparan limbah manusia di perairan tempat mereka hidup.
Di dalam lingkungan air, merkuri tersebut mengalami perubahan menjadi metil-merkuri yang kemudian terikat pada protein dalam otot ikan. Zat ini dapat terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, berpotensi membahayakan perkembangan bayi dalam kandungan, serta dapat memengaruhi komposisi ASI pada ibu yang sedang menyusui.
Selain itu, penumpukan merkuri dalam tubuh juga dapat menyebabkan risiko lainnya, seperti gangguan perkembangan kognitif pada anak, masalah motorik, kesulitan bernafas, pembengkakan mulut, bahkan kegagalan organ.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV