> >

Waspada, Begini Ciri-ciri Anak yang Terjangkit DBD

Kesehatan | 23 April 2024, 19:15 WIB
Kasus demam berdarah dengue atau DBD di wilayah Sukabumi, Jawa Barat tercatat meningkat terhitung awal 2022. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Demam Berdarah Dengue (DBD) tetap menjadi momok menakutkan di kalangan masyarakat, terutama karena penyakit ini cenderung menyerang anak-anak.

Dokter Spesialis Anak Konsultan dari RSUP Dr. Sardjito, yaitu dr. Eggi Arguni, M.Sc., Ph.D., Sp.A(K)., mengungkapkan bahwa jumlah orang yang terinfeksi sebenarnya mungkin lebih besar dari yang dilaporkan secara resmi.

Hal ini karena DBD tidak selalu menunjukkan gejala yang jelas.

Biasanya, anak-anak yang terinfeksi DBD hanya mengalami demam ringan dan mungkin hanya meminum obat penurun panas tanpa menyadari bahwa mereka terkena virus DBD.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengambil langkah-langkah pencegahan sebelum terlambat.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah mengenali gejala DBD, yang bisa menjadi tanda-tanda awal infeksi.

“Pada anak yang symptomatic atau menunjukkan gejala, kita harus mencurigai virus dengue terutama ketika terdapat demam tinggi yang mendadak dan sifatnya kontinu atau terus-menerus. Ketika mereka diberikan obat penurun panas, biasanya panas tidak akan turun di bawah 38 derajat celcius," ujar dokter Eggi mengutip laman UGM, Minggu (7/4/2024).

Baca Juga: Sudah Bisa Diakses, Berikut Link dan Cara Cek Hasil Seleksi Administrasi Rekrutmen Bersama BUMN 2024

Menurut, orangtua harus mencurigai infeksi virus dengue jika anak mengalami demam tinggi yang mendadak dan terus-menerus, disertai dengan gejala mual, muntah, kelemahan tubuh, bintik-bintik perdarahan di kulit, dan penurunan kesemangan.

Perbedaan respons anak-anak terhadap gejala DBD juga perlu diperhatikan, karena mereka mungkin tidak bisa mengeluhkan nyeri sendi atau otot seperti orang dewasa.

“Pada spektrum infeksi dengue yang lebih berat, disaat jumlah trombositnya sudah rendah, anak dapat mengalami mimisan atau gusi yang berdarah ketika sikat gigi,” tambah dia.

Dokter Eggi juga menjelaskan, infeksi DBD umumnya terbagi menjadi tiga fase: fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan.

Peran orangtua dalam menjaga anak dari infeksi DBD sangatlah penting, terutama selama musim hujan ketika populasi nyamuk Aedes aegypti, vektor DBD, meningkat.

Selain melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan, orang tua juga dapat melakukan upaya pencegahan gigitan nyamuk dengan memakai pakaian tertutup dan menggunakan repelen.

Ketika gejala DBD terdeteksi, segera bawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat.

Musim hujan juga meningkatkan risiko penularan virus dengue, karena air yang tergenang memungkinkan nyamuk bertelur.

Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan pada musim ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.

“Terdapat empat stereotip virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Secara teori, apabila pada infeksi kedua (infeksi sekunder) kita terinfeksi jenis serotipe virus dengue yang berbeda dari yang pertama, maka ada kemungkinan manifestasi klinisnya akan lebih berat, seperti mengalami kebocoran plasma, hingga shock, bahkan sampai meninggal,” jelasnya.

Baca Juga: Cegah Penyalahgunaan, Kemdikbud Minta Penerima KIP Kuliah Tak Layak Dilaporkan, Siap Beri Sanksi

 

Penulis : Kiki Luqman Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, Laman UGM


TERBARU