Hati-hati, Polusi Udara Dapat Mempengaruhi Kesehatan Mental
Kesehatan | 16 Agustus 2023, 06:15 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Pencemaran udara di DKI Jakarta masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Masalah ini bahkan telah menjadi fokus dunia.
Hal tersebut dibuktikan dari beberapa media internasional menyebut Jakarta sebagai kota paling tercemar di dunia pada Rabu (8/9/2023).
Faktanya, pedoman WHO tahun 2021 menyatakan bahwa udara sehat adalah udara dengan paparan PM2.5 tahunan di bawah 5 ug/m3, atau AQI antara 0-50. Sementara itu, konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 12,9 kali lebih tinggi dari nilai pedoman kualitas udara tahunan WHO.
Tentunya, polusi udara dapat berdampak serius pada kesehatan jantung dan paru-paru. Tidak hanya itu, polusi udara juga dapat mempengaruhi kesehatan mental.
Baca Juga: Sandiaga Cerita Jokowi Hampir 4 Minggu Batuk Gara-gara Polusi Udara
Efek toksik dari polusi udara dapat menyebabkan banyak gejala psikologis negatif, di antaranya kecemasan, perubahan suasana hati, penurunan fungsi kognitif, dan perubahan perilaku.
Sebuah penelitian di Korea menyimpulkan bahwa ada pengaruh negatif antara polusi udara dengan kesehatan mental seseorang.
Berdasarkan penelitian ini, sekelompok orang yang terpapar polusi udara tingkat tinggi menunjukkan gejala depresi bahkan pikiran untuk bunuh diri.
Temuan ini terutama ditemukan pada orang di bawah usia 65 tahun, dan efek samping dapat terjadi secara bertahap.
Polusi udara bikin adanya perubahan perilaku
Polusi udara juga dikaitkan dengan perubahan perilaku, seperti menghabiskan lebih sedikit waktu di luar rumah atau menjalani gaya hidup yang tidak banyak bergerak (kurang aktif), yang juga terkait dengan isolasi sosial.
Tidak hanya itu, sebuah penelitian yang diterbitkan di British Journal of Psychiatry menyebut bahwa peningkatan kecil dalam paparan polusi udara, secara signifikan meningkatkan risiko orang memiliki penyakit mental yang parah dan membutuhkan perawatan.
“Bukti yang berkembang menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat berdampak buruk pada otak dan meningkatkan risiko gangguan kejiwaan seperti skizofrenia dan depresi,” tulis penelitian itu.
Baca Juga: Kenali Skizofrenia, Begini yang Dirasakan Penderitanya
Orang yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi tinggi (21 mikrogram per meter kubik) 17% lebih stres daripada mereka yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi rendah (5 mikrogram per meter kubik).
Mekanisme polusi udara menyebabkan gangguan kesehatan mental belum dapat dijelaskan secara pasti. Namun, berbagai penelitian telah menyimpulkan bahwa satu kesamaan adalah polusi udara berdampak negatif terhadap kesehatan mental masyarakat.
Penulis : Almarani Anantar Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV