> >

Fenomena Fanboy di Indonesia, Benarkah Lunturkan Maskulinitas?

Tren | 29 Mei 2023, 18:30 WIB
Fanboy adalah penggemar laki-laki yang kerap mendapat stigma negatif. (Sumber: Freepik/Kamranaydinov)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Berkembangnya K-Pop kini telah merasuki berbagai kalangan masyarakat di Indonesia tanpa melihat latar belakang. Meski mayoritas perempuan yang kerap menjadi penggemar (fangirl), namun di antara mereka ada pula penggemar laki-laki yang populasinya tak sebanyak perempuan.

Salah satunya adalah Elgeen Frydianto. Melalui Kamjagiya Korea! episode “Kenalan sama TWICE, dari Kacamata FANBOY!” dengan tautan akses dik.si/KamKorFanboy, presenter berita yang kerap menghiasi KompasTV ini ternyata adalah fanboy TWICE.

Sayangnya tak semua fanboy mampu berani mengungkapkan jati dirinya. Meskipun pemahaman seputar gender kini sudah meluas, masih ada stereotip dalam masyarakat yang menganggap penggemar K-Pop berisi remaja-remaja labil yang tak punya selera musik.

Tak jarang, menyukai K-Pop diidentikan sebagai sesuatu yang aneh. Pasalnya, banyak artis K-Pop, baik perempuan maupun laki-laki, kerap menggunakan riasan sehingga dianggap tak lazim. Padahal, riasan diperlukan sebagai bagian dari pekerjaan mereka sebagai entertainer.

Baca Juga: Fenomena FOMO Karena Hadirnya Budaya Korea yang Viral

Rahmatika (2019) dalam penelitiannya seputar fanboy dalam fandom ARMY (penggemar BTS) pun mengungkapkan fanboy kerap menjadi kelompok marginal di dalamnya. Hal ini disebabkan K-Pop memunculkan varian baru dalam maskulinitas, yaitu soft masculinity. 

Soft masculinity adalah istilah yang digunakan pada seorang laki-laki yang terlihat feminin sekaligus maskulin. Misalnya, memiliki tubuh berotot sekaligus wajah yang cantik. Soft masculinity juga dapat diperlihatkan melalui tindakan feminin dalam tubuh yang maskulin.

Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa fanboy dapat melihat maskulinitas dalam dua identitas, saat berselancar di media sosial dan kehidupan nyata. Mayoritas dari mereka dapat mengungkapkan pendapatnya dengan bebas seputar soft masculinity. Akan tetapi, saat di kehidupan nyata, mereka akan bersikap layaknya laki-laki maskulin pada umumnya.

Biasanya, fenomena ini terjadi saat grup yang mereka gemari adalah boy group. Hal berbeda ditunjukkan jika mereka menyukai girl group. Fanboy yang menyukai girl group akan dianggap wajar dan mendapat ruang lebih.

Saat konser Red Velvet pada 20 Mei silam, beberapa autobase Twitter ramai membicarakan banyaknya penggemar laki-laki yang menghadiri konser grup asal SM Entertainment itu. Beberapa dari mereka bahkan menggunakan baju hasil desain sendiri yang terinspirasi dari para video klip hingga anggota Red Velvet.

Sejatinya sah-sah saja menyukai grup K-Pop tanpa harus takut mendapat stereotip. Pasalnya, laki-laki yang menjadi fanboy pun tidak akan melunturkan maskulinitasnya. Sebab, dua elemen ini, maskulinitas dan femininitas, pasti dimiliki oleh seluruh manusia.

Baca Juga: Kenapa Banyak Orang Menjadi Fangirl Idol K-Pop?

Jadi, tetap menjadi diri sendiri saat menggemari girl atau boy group K-Pop!

Dengarkan obrolan lengkap Elgeen dan Karren seputar perjalanan Elgeen menjadi fanboy TWICE dalam Kamjagiya Korea! episode “Kenalan sama TWICE, dari Kacamata FANBOY!” dengan tautan akses dik.si/KamKorFanboy.

Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

Penulis : Ristiana D Putri Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU