> >

Untaian Puisi Edelweis

Sosial | 10 Juni 2020, 17:34 WIB
(Sumber: Istimewa)

Devo menyimpan kembali surat yang dititipkan Edel kepada ibunya. Sore ini mungkin Edel telah menginjakkan kakinya di tempat yang telah ia taruh harapan besar untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.

Edel telah mengambil keputusan untuk melanjutkan ceritanya sendiri. Aku juga harus menulis ceritaku yang baru. Memulai sebuah awal yang entah aku juga tak tau akan bermuara kemana.
         
Solo, 20 Maret 2014
Jiwa-jiwa ku melayang
Terbang menuju singgasana istana
Asa ku yang telah hilang oleh kabut malam
Telah terhapus oleh warna warni cahaya pelangi

Ku pijakkan kaki di kota yang sangat kucintai. Udara pagi minim polusi, suasana hening tanpa suara klakson yang saut-sautan. Ya ini surga dunia untuk ku setelah aku merantau. Del, kamu udah tau alamat nya? Udah kok, ibu nya Devo uda kirim alamatnya. Kita naik taksi aja kalau gitu.

Kepulangan ku kali ini memang untuk Devo. Melepas semua rasa yang terasa sesak. Aidan bangun uda sampai nih, malah molor lagi nih anak. Uda sampai Del? Bener gak alamatnya? cecarnya. Iya bener ayok turun. Aku menghampiri bapak penjaga menanyakan tempat Devo. Setelah sampai aku dan Aidan saling pandang. Akhirnya aku memutuskan melangkah maju.

Air mata yang sudah aku tahan akhirnya luruh. Ku usap batu nisan Devo. Hai lelaki ku aku datang. Maaf aku datang tidak dengan kelapangan hati. Sulit rasanya. Tapi aku janji aku akan baik-baik saja. Kamu juga bahagia ya di sana Devo Syailendra.

(Sendi Perwitasari)
             

Penulis : Alexander-Wibisono

Sumber : Kompas TV


TERBARU