Dikecam Banyak Negara, AS dan Israel Kini Incar Afrika untuk Merelokasi Warga Palestina dari Gaza
Kompas dunia | 14 Maret 2025, 14:33 WIB
YERUSALEM, KOMPAS.TV- Meski dikecam banyak negara, Amerika Serikat (AS) dan Israel tak surut untuk merelokasi warga Gaza. Kali ini, kedua negara itu telah menghubungi pejabat dari tiga pemerintah di Afrika Timur untuk membahas tentang penggunaan wilayah mereka sebagai tujuan potensial untuk relokasi warga Palestina dari Gaza. Rencana ini merupakan usulan Presiden AS Donald Trump.
Pemerintah AS telah melakukan kontak dengan Sudan, Somalia, dan wilayah Somalia yang memisahkan diri, yang dikenal sebagai Somaliland. Ini mencerminkan tekad AS dan Israel untuk terus maju dengan rencana yang telah dikecam berbagai negara secara luas.
Ketiga negara Afrika Timur tersebut diketahui sebagai negara miskin, dan beberapa di antaranya bahkan tengah dilanda kekerasan. Usulan itu juga menimbulkan keraguan atas tujuan Trump yang menyatakan akan memukimkan kembali warga Palestina di daerah yang indah.
Pejabat dari Sudan mengatakan mereka telah menolak tawaran dari AS. Sementara itu, seperti dikutip dari The Associated Press, pejabat dari Somalia dan Somaliland mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kontak apa pun dengan AS.
Baca Juga: Nasib Anak-Anak di Gaza, Terpaksa Belajar di Bangunan Sekolah yang Rusak
Berdasarkan rencana Trump, lebih dari 2 juta penduduk Gaza akan dipindahkan secara permanen ke tempat lain. Ia mengusulkan AS akan mengambil alih kepemilikan wilayah itu, mengawasi proses pembersihan yang panjang, dan mengembangkan Gaza sebagai proyek real estat.
Gagasan pemindahan massal warga Palestina pernah dianggap sebagai fantasi kelompok ultranasionalis Israel. Namun, sejak Trump menyampaikan gagasan itu pada pertemuan Gedung Putih bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memujinya sebagai visi yang berani.
Warga Palestina di Gaza telah menolak usulan itu dan menepis klaim Israel bahwa pemindahan itu akan dilakukan secara sukarela. Negara-negara Arab telah menyatakan penolakan keras dan menawarkan rencana rekonstruksi alternatif yang akan membiarkan Palestina tetap di tempatnya. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan memaksa atau menekan warga Palestina untuk pergi dari tanah air mereka bisa menjadi kejahatan perang yang potensial.
Namun, Gedung Putih mengatakan Trump berpegang teguh pada visinya.
Baca Juga: Larang Bantuan dan Listrik Masuk Gaza, Israel Dituduh Lakukan Kejahatan Perang
Berbicara dengan syarat anonim untuk membahas inisiatif diplomatik rahasia, pejabat AS dan Israel mengonfirmasi kontak dengan Somalia dan Somaliland. Sementara itu, pejabat AS juga telah mengkonfirmasi kontak dengan Sudan. Namun mereka tidak menjelaskan lebih lanjut sejauh mana diskusi tersebut telah berlangsung.
Tetap Ditolak
Rencana Trump sudah ditolak mentah-mentah oleh banyak negara, khususnya negara-negara Timur Tengah.
Sejumlah menteri luar negeri negara-negara Arab dan pejabat Palestina menegaskan penolakan atas wacana pemindahan rakyat Palestina dari Gaza. Usulan Trump merelokasi warga Palestina dari Gaza dianggap sebagai pembersihan etnis.
Lima menteri luar negeri Arab dan seorang pejabat senior Palestina mengirimkan surat berisi penolakan itu kepada Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio. Surat ditandatangani menlu Jordania, Mesir, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, serta penasihat presiden Palestina, Hussein al-Sheikh.
Qatar, yang menjadi mediator konflik Hamas-Israel bersama Mesir dan AS, menegaskan pentingnya warga Palestina ”kembali ke rumah dan tanah air mereka”. Menyusul negara-negara Arab, Iran juga mengecam keras usulan Trump untuk memindahkan warga Palestina dari Jalur Gaza ke Mesir atau Jordania.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus
Sumber : The Associated Press