> >

Natal Sepi di Kota Kelahiran Yesus, Wali Kota Bethlehem: Rakyat Palestina Masih Menderita

Kompas dunia | 23 Desember 2024, 20:05 WIB
Seorang pendeta berjalan di lorong Gereja Kelahiran, tempat yang diyakini menjadi tempat kelahiran Yesus Kristus di Bethlehem, Tepi Barat, 17 Desember 2024. (Sumber: Mahmoud Illean/Associated Press)

BETHLEHEM, KOMPAS.TV - Perayaan Natal di Bethlehem, Tepi Barat kembali sepi untuk yang kedua kalinya sejak Israel menyerang Jalur Gaza. Tidak ada acara besar yang direncanakan dan hanya sedikit dekorasi Natal yang menghiasi kota yang diyakini menjadi tempat kelahiran Yesus Kristus tersebut.

Pemilik Toko Kelahiran di Bethlehem, Rony Tabash menyebut perang Israel di Gaza membuat kunjungan ke kota itu menurun drastis. Sejak perang, Tabash mengaku tokonya sering kali tanpa pembeli selama sepekan penuh.

"Tahun lalu sebelum Natal, kami memiliki harapan lebih besar, tetapi sekarang kita sudah mendekati Natal lagi dan kita tidak punya apa pun," kata Tabash dikutip Associated Press, Senin (23/12/2024).

Baca Juga: Musim Dingin Melanda Gaza, Warga Palestina Berjuang Melawan Angin Kencang dan Tenda Terancam Roboh

Toko yang diwarisi Tabash menjual aneka kerajinan bercorak religius yang dibuat dari pohon zaitun. Toko ini mempekerjakan lebih dari 25 keluarga untuk membuat kerajinan. Namun, kata Tabash, para pekerja mulai tidak aktif karena sepinya pembeli.

Sebelum serangan Israel ke Gaza dan Tepi Barat, kunjungan ke Bethlehem dilaporkan mencapai dua juta pengunjung per tahun pada 2019. Juru bicara Kementerian Pariwisata Palestina, Jiries Qumsiyeh menyebut jumlah kunjungan hanya mencapai 100.000 pada 2024.

Qumsiyeh menyebut Bethlehem mempunyai lebih dari 100 toko dan 450 sentra kerajinan yang umumnya menjual cinderamata tradisional Palestina. Toko-toko tersebut umumnya sudah tutup akibat sepinya pembeli.

Hampir seluruh kamar hotel di Bethlehem yang mencapai 5.500 kamar dilaporkan kosong jelang Natal. Okupansi hotel menurun dari 80 persen pada awal 2023 menjadi 3 persen pada Desember 2024.

Lesunya perekonomian di Tepi Barat akibat serangan Israel pun membuat ratusan keluarga meninggalkan Bethlehem.

"Kami telah menyaksikan tingkat emigrasi yang sangat tinggi sejak awal agresi, khususnya di antara mereka yang bekerja di sektor pariwisata," kata Qumsiyeh.

Wali Kota Bethlehem Anton Salman menyebut hampir 500 keluarga telah meninggalkan kota itu sejak 2023. Sekitar setengah penduduk Bethlehem disebut bekerja di sektor pariwisata atau bekerja di Israel.

Salman menyatakan, pihaknya membatalkan banyak acara terkait Natal di Bethlehem dan daerah Palestina lain untuk menunjukkan situasi sulit di daerah pendudukan Israel.

"Tahun ini kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Palestina masih menderita dan mereka tidak memiliki kebahagiaan yang sama dibanding belahan dunia lain," katanya.

Serangan Israel ke Gaza telah berlangsung sejak Oktober 2023 dan membunuh lebih dari 46.000 orang menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. Pada saat bersamaan, Israel juga menggencarkan operasi militer di Tepi Barat yang telah membunuh setidaknya 817 orang.

Jelang Natal, militer Israel pun terus menggempur berbagai titik di Jalur Gaza. Israel dilaporkan meluncurkan serangan udara ke kawasan Al-Mawasi, Senin (23/12) dan membunuh empat orang.

Baca Juga: Hanya 12 Truk Bantuan Masuk ke Utara Gaza dalam 2,5 Bulan, Tempat Pengungsian Ditembaki Israel

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU