> >

AS Akui Jalin Kontak dengan Hayat Tahrir Al-Sham, Tegaskan Tetap Beroperasi di Suriah Pasca-Assad

Kompas dunia | 15 Desember 2024, 20:40 WIB
Menlu AS Antony Blinken menghadiri konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty di Istana Tahrir di Kairo, Mesir, Rabu, 18 September 2024. (Sumber: AP Photo)

AQABA, KOMPAS.TV - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengakui kontak dengan kelompok pemberontak Suriah yang mengakhiri pemerintahan Bashar Al-Assad.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken menyebut pihaknya telah berkomunikasi dengan kelompok Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) tersebut.

HTS merupakan kelompok pemberontak yang memimpin serangan kilat dari Aleppo ke Damaskus dua pekan lalu. Kelompok ini dianggap organisasi teroris oleh AS.

"Ya, kami berkomunikasi dengan HTS dan pihak-pihak lain," kata Blinken saat ditanya wartawan mengenai HTS di Aqaba, Yordania, Sabtu (14/12/2024).

Baca Juga: Pemimpin Pemberontak Suriah Peringatkan Israel, Zionis Tak Miliki Alasan Lanjutkan Serangan

Blinken menyebut, pihaknya meminta dukungan HTS untuk serangkaian "prinsip" yang telah dibahas AS, PBB, Uni Eropa, Turki, dan Liga Arab mengenai transisi kekuasaan damai di Suriah.

"Kami mengomunikasikan hal tersebut," kata Blinken dikutip Al Jazeera.

HTS ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS pada masa pemerintahan Donald Trump, 2018 silam.

AS menganggap HTS organisasi teroris karena terkait Front Al-Nusra yang terafiliasi Al-Qaeda.

Pada 2014, Dewan Keamanan PBB juga menyanksi HTS atas alasan serupa.

Sanksi PBB membuat aset-aset HTS di luar negeri dibekukan dan organisasi tersebut dikenai embargo senjata.

Tetapi pemimpin HTS, Ahmad Al-Sharaa alias Abu Mohammed Al-Golani telah menegaskan pihaknya tidak terkait Al-Qaeda sejak 2016 lalu. Bahkan Al-Golani menegaskan HTS beroperasi secara independen.

Adapun AS terlibat langsung dalam perang saudara Suriah yang berlangsung sejak 2011.

Pihak Gedung Putih mendukung kelompok pemberontak Kurdi, Syrian Democratic Forces (SDF), salah satu faksi bersenjata utama dalam perang saudara Suriah.

AS pun menerjunkan sekitar 900 pasukan di Suriah dan memiliki sejumlah pangkalan militer di wilayah timur negara tersebut.

Antony Blinken menegaskan, operasi AS di Suriah tetap akan berlangsung usai Bashar Al-Assad dilengserkan.

Menurutnya, pasukan AS tetap akan beroperasi untuk mencegah berkembangnya ISIS (ISIL).

"Keberhasilan yang kami capai beberapa tahun belakangan dalam mengakhiri kekhalifahan teritorial ISIS, memastkan ISIS terpojok dan tetap di sana, tetap menjadi misi yang krusial," kata Blinken.

"Ini adalah momen di mana ISIS akan mencoba kembali, mengambil keuntungan dari transisi di Suriah," imbuhnya.

Baca Juga: Dua Kelompok Pemberontak Bertempur di Timur Laut Suriah, 100.000 Penduduk Terpaksa Mengungsi

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU