> >

Pilpres AS: Harris dan Trump Berjuang Perebutkan Suara di Pennsylvania pada Hari Terakhir Kampanye

Kompas dunia | 5 November 2024, 08:40 WIB
Calon presiden dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, kiri, berpidato di sebuah rapat umum kampanye di Madison Square Garden, 27 Oktober 2024, di New York, dan calon presiden dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, kanan, berpidato di acara kampanye di Ellipse dekat Gedung Putih di Washington, 29 Oktober 2024. (Sumber: AP Photo)

ALLENTOWN, KOMPAS.TV — Pada hari terakhir kampanye sebelum pemungutan suara pemilu Amerika Serikat atau Pilpres AS, Kamala Harris dan Donald Trump melakukan pergerakan besar untuk memenangkan hati para pemilih di Pennsylvania, Senin (4/11/2024) waktu setempat. 

Negara bagian ini menjadi pusat pertarungan sengit antara dua kandidat yang memiliki peluang besar menentukan hasil akhir Electoral College. Di bagian tenggara Pennsylvania, keduanya tampil hampir bersamaan. 

Trump berbicara di Reading, sekitar 50 kilometer dari Allentown, tempat Harris menggelar acara kampanyenya sendiri.

Pada kesempatan itu, dikutip dari The Associated Press, Trump menekankan pentingnya kemenangan di negara bagian ini. 

“Jika kita menang di Pennsylvania, kita menang semuanya,” ujar Trump, menggambarkan kemenangan di Pennsylvania sebagai tiket menuju Gedung Putih.

Trump memperkuat isu keamanan dan imigrasi sebagai tema utama dalam kampanyenya. Ia menghadirkan Patty Morin, ibu dari Rachel Morin, korban kasus imigran ilegal, yang menurut Trump menggambarkan bahaya imigrasi ilegal bagi warga Amerika. 

Dengan penekanan pada keamanan perbatasan, Trump mengundang perhatian dari pemilih konservatif di Pennsylvania.

Di sisi lain, sebagai kandidat dari Partai Demokrat, Harris menghabiskan hari terakhir kampanyenya dengan mengunjungi beberapa kota di Pennsylvania, termasuk Scranton, Reading, dan Pittsburgh.

Dalam pidatonya, Harris menyerukan pentingnya hak-hak aborsi dan mengingatkan peran Trump dalam insiden serangan ke Capitol, yang oleh sebagian besar pendukungnya dinilai sebagai ancaman terhadap demokrasi.

Baca Juga: Pilpres AS Ketat Jelang Pemilihan, Elektabilitas Trump dan Harris Terpaut 0,9 Persen

“Kita membutuhkan semua warga Pennsylvania untuk memilih,” kata Harris di Scranton. Ia pun menambahkan bahwa suara warga Pennsylvania akan menjadi faktor penentu dalam pemilu ini. 

Sebagai bentuk dukungan, Harris dijadwalkan tampil di Philadelphia pada malam terakhir kampanye bersama sejumlah tokoh terkenal seperti Lady Gaga dan Oprah Winfrey.

Dukungan dari komunitas Latin menjadi faktor signifikan dalam upaya Harris untuk memenangkan Pennsylvania. 

Wilayah tenggara Pennsylvania dihuni oleh ribuan warga keturunan Latin, termasuk banyak orang Puerto Rico. 

Harris mendapat sambutan meriah saat mengunjungi restoran Puerto Rico di Reading, di mana ia disambut dengan nyanyian "Sí se puede" dari para pendukungnya. 

Harris, yang didampingi anggota kongres progresif Alexandria Ocasio-Cortez, menekankan komitmennya untuk masyarakat Puerto Rico dan menyatakan dirinya sebagai presiden untuk semua warga Amerika.

Dalam pidato di Reading, Harris menyampaikan kebanggaannya akan komitmennya terhadap Puerto Rico. 

"Saya berdiri di sini dengan bangga atas dedikasi saya untuk Puerto Rico dan rakyatnya," ujarnya.

Baca Juga: Dekat Hari Pemilihan, Kamala Harris dan Donald Trump Berusaha Menangkan Suara Komunitas Arab-Amerika

Pertarungan Simbolis untuk Masa Depan Amerika

Harris dan Trump masing-masing mewakili visi yang berbeda tentang masa depan Amerika.

Harris, yang berusia 60 tahun, menawarkan perubahan generasi dari kandidat yang lebih senior seperti Biden dan Trump, yang masing-masing berusia 81 dan 78 tahun. 

Harris juga berhasil mengumpulkan koalisi luas yang terdiri dari politisi progresif seperti Ocasio-Cortez hingga mantan Wakil Presiden Republik, Dick Cheney.

Dalam beberapa minggu terakhir, Harris mulai jarang menyebut nama Trump secara langsung.

Menurut ketua tim kampanyenya, Jen O'Malley Dillon, strategi ini bertujuan untuk menonjolkan harapan dan optimisme yang diinginkan pemilih dari pemimpin mereka.

Di antara pendukung kedua kandidat, antusiasme terlihat menguat meski penuh dengan perbedaan pandangan. 

Ron Kessler, seorang veteran Angkatan Udara yang sebelumnya memilih Republik, menyatakan bahwa kini ia melihat pentingnya memberikan suara untuk menjaga demokrasi. 

"Saya percaya pentingnya suara saya, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk demokrasi dan negara ini," ujar Kessler. 

Baca Juga: Antara Harris dan Trump di Pilpres AS, Mana yang Menguntungkan Rusia? Ini Respons Putin

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU