Antara Harris dan Trump di Pilpres AS, Mana yang Menguntungkan Rusia? Ini Respons Putin
Kompas dunia | 31 Oktober 2024, 06:05 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV — Ketika ditanya soal pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) di bulan September, Presiden Rusia Vladimir Putin menampilkan senyum sinis dan mengangkat alisnya.
Saat ditanya siapa yang ia pilih, Donald Trump atau Kamala Harris, Putin menjawab dengan sindiran yang halus namun bernada tajam, seperti laporan Associated Press, Rabu (30/10/2024).
Reaksi Putin: Sindiran Halus terhadap Biden
"Favorit kami, kalau bisa disebut begitu, adalah presiden saat ini, Bapak Biden. Tetapi ia sudah mundur dari pemilihan dan merekomendasikan semua pendukungnya untuk mendukung Ibu Harris. Nah, kami akan mendukung dia," ujar Putin dengan nada sarkastis dalam forum ekonomi di Vladivostok, September lalu. Ia menyebut Harris memiliki tawa yang "ekspresif dan menular".
Jawaban Putin tersebut dianggap mencerminkan pilihan antara dua opsi yang sama-sama tidak menguntungkan bagi Rusia.
Meskipun Trump dikenal mengagumi Putin, ketika ia menjabat, justru sanksi-sanksi paling berat yang pernah dijatuhkan kepada Rusia diberlakukan di bawah pemerintahannya. Harris, sebaliknya, dikenal dengan sikapnya yang keras terhadap Rusia.
Baca Juga: Jelang Pilpres AS: Pilihan Kontras antara Trump dan Harris di Seluruh Sektor Kebijakan
Pilihan yang Tidak Menguntungkan bagi Kremlin
Timothy Colton dari Harvard Academy for International and Area Studies menjelaskan bahwa kepemimpinan Kremlin yakin tidak ada hal baik yang akan datang dari hasil pemilu AS ini, setidaknya dari perspektif Rusia.
Meskipun begitu, Colton menambahkan bahwa Trump tetap menjadi "pilihan yang lebih dikenal" bagi Rusia.
Harris diprediksi akan melanjutkan dukungan militer dan ekonomi besar-besaran kepada Ukraina, yang sejak 2022 menerima lebih dari Rp939 triliun (setara $59,5 miliar) dalam bentuk senjata dan bantuan.
Di sisi lain, Trump mengeklaim hubungan baiknya dengan Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy begitu kuat sehingga ia bisa menyelesaikan perang "dalam 24 jam".
Meskipun Trump tidak menjelaskan strateginya, komentarnya baru-baru ini yang mengkritik sanksi-sanksi menunjukkan kemungkinan pencabutan sanksi terhadap Rusia sebagai insentif untuk mencapai perdamaian.
Dalam debat terakhir, Trump dua kali menolak menyatakan apakah ia ingin Ukraina memenangkan perang.
Sementara itu, Harris memuji dukungan Barat untuk Kiev dan mendesak agar dukungan ini diteruskan. “Kalau tidak, Putin akan duduk di Kiev dengan pandangan ke seluruh Eropa, mulai dari Polandia,” kata Harris.
Baca Juga: Kamala Harris Serukan Pendukung Republik Utamakan Negara dan Tinggalkan Trump, Sebut Trump Tak Waras
Hak Asasi Manusia: Sikap yang Berbeda
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press