Mobil Listrik Murah China Ancam Pasar, Uni Eropa dan AS Keluarkan Kebijakan Tarif Bea Masuk
Kompas dunia | 31 Oktober 2024, 04:15 WIBTanggapan China
Pemerintah China mengkritik keras investigasi dan tarif tinggi ini sebagai bentuk proteksionisme yang tidak adil. Kementerian Perdagangan China juga meluncurkan investigasi anti-dumping terhadap brandy dan daging babi Eropa serta subsidi pada produk susu. Beberapa pekan lalu, China menetapkan tarif 30,6%-39% pada brandy asal Prancis dan negara-negara Eropa lainnya, sebagai respons atas tarif EV yang disahkan UE.
Selain itu, China juga mempertimbangkan kenaikan tarif pada mobil bermesin bensin besar dari Eropa. Sejumlah pembicaraan telah dilakukan, termasuk kemungkinan "komitmen harga", di mana produsen setuju untuk menjual EV di Eropa dengan harga minimum tertentu.
Beberapa produsen mobil China bahkan mulai membangun pabrik di Eropa untuk menghindari tarif dan lebih dekat dengan pasar. BYD membangun pabrik di Hongaria, sementara Chery bekerja sama dengan perusahaan lokal di Spanyol.
Perbandingan dengan Tarif yang diterapkan AS atas Mobil Listrik atau EV China
Pemerintah AS juga menaikkan tarif EV China hingga 100%, dari tarif sebelumnya sebesar 25%. Berbeda dengan Uni Eropa, AS lebih bertujuan untuk memblokir masuknya mobil listrik China secara keseluruhan.
Uni Eropa masih ingin mempertahankan akses ke mobil listrik murah dari luar negeri demi mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 55% pada 2030. Namun, subsidi yang diberikan China dianggap tidak adil, sehingga tarif ini ditujukan untuk menyeimbangkan persaingan pasar.
Baca Juga: Kapal Pengangkut 3.000 Mobil Listrik Terbakar di Lepas Pantai Belanda, Seorang Kru Tewas
Dampak untuk Konsumen dan Produsen Mobil Eropa
Pengaruh tarif ini pada harga mobil masih belum jelas. Produsen mobil China dapat menanggung biaya tarif dengan menurunkan margin keuntungan tanpa menaikkan harga.
BYD, misalnya, masih bisa meraup untung di Eropa walaupun terkena tarif 30%. Di China, model BYD Seal U Comfort dijual sekitar Rp367 juta, tetapi di Eropa harganya melonjak hingga Rp761 juta. Model kompak BYD Seagull yang akan hadir di Eropa tahun depan dijual sekitar Rp154 juta di China.
Sementara konsumen Eropa mungkin akan diuntungkan dengan harga murah dalam jangka pendek, Komisi Eropa berargumen bahwa persaingan tidak adil bisa mengurangi pilihan dan meningkatkan harga dalam jangka panjang.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press