Kiev Ajukan Proposal Damai tapi Dibatalkan, Putin Pertanyakan Kesiapan Ukraina Berdamai dengan Rusia
Kompas dunia | 25 Oktober 2024, 23:23 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV – Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan Ukraina telah dua kali mengajukan proposal perdamaian melalui mediasi Turki, namun menarik kembali inisiatif tersebut tak lama kemudian.
Dalam wawancara dengan media Rusia Rossiya 1 pada Jumat (25/10/2024), Putin mendesak Kiev memperjelas kesungguhan mereka dalam upaya perdamaian.
“Mitra kami di Turki datang kepada kami dengan apa yang mereka sebut sebagai inisiatif dari pihak Ukraina. Namun, setiap kali kami setuju, pihak Ukraina justru sudah menarik kembali usulan mereka. Ini telah terjadi dua kali. Pada akhirnya, kami memerlukan kejelasan atas kesiapan dan niat mereka,” ujar Putin seperti laporan TASS, Jumat (25/10).
Putin menyebutkan perwakilan Turki memberikannya dokumen terkait Ukraina di sela-sela KTT BRICS di Kazan, yang menurutnya perlu ditinjau secara mendalam untuk memastikan kepentingan Rusia dalam pembicaraan apapun yang mungkin terjadi.
Putin menekankan Rusia tidak pernah menolak dialog dengan Ukraina dan selalu siap menerima berbagai inisiatif yang diusulkan, tetapi setiap perjanjian harus menjamin kepentingan Rusia.
“Kami telah tegaskan kepentingan Rusia adalah hal yang tidak bisa ditawar dalam setiap kesepakatan yang mungkin terjadi,” kata Putin.
Pada KTT BRICS di Kazan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali menyampaikan proposal dari Ukraina, yang mencakup isu strategis seperti lalu lintas pelayaran di Laut Hitam.
Menurut Putin, masih terlalu dini untuk memastikan apa yang dapat disepakati Rusia dan Ukraina, mengingat belum ada pembicaraan mendalam.
“Saat ini, saya lebih memilih tidak menguraikan detailnya, karena lawan belum menunjukkan kesiapan mereka, sementara perundingan yang lebih mendalam pun belum dimulai,” ujar Putin.
Baca Juga: Zelenskyy Klaim Pasukan Korea Utara akan Diterjunkan oleh Rusia di Ukraina dalam Waktu Dekat
Operasi Militer Khusus dan Keberlanjutannya
Putin menegaskan Rusia akan melanjutkan operasi militer khusus di Ukraina dengan komitmen penuh dan tidak akan terpancing anggapan bahwa lawan mengalami kelelahan.
“Setiap penyelesaian konflik ini harus memberikan keuntungan bagi Rusia, sesuai dengan kenyataan di lapangan,” katanya.
Putin menegaskan Angkatan Bersenjata Rusia berada dalam posisi ofensif di sepanjang garis pertempuran. Meskipun militer Ukraina berupaya mendukung pasukan mereka yang terkepung di kawasan perbatasan Kursk, Putin menyatakan Ukraina telah kehilangan kontrol penuh atas komando pasukan mereka di wilayah ini.
“Kami merasakan bahwa pasukan yang dikepung bahkan tidak sepenuhnya memahami situasi di sekitar mereka. Berdasarkan informasi yang kami miliki, komando dan kendali pasukan ini telah goyah,” tegas Putin sebagai Panglima Tertinggi Rusia.
Putin juga menyoroti bahwa Barat mulai mengevaluasi situasi Ukraina dengan lebih realistis, meskipun tingkat konfrontasi masih tinggi.
“Kini retorika mereka telah berubah. Kami melihat ini, dan seperti yang saya katakan, mereka layak diakui karena mulai berpikir dan menilai situasi dengan lebih realistis,” ungkap Putin.
Rusia memulai "operasi militer khusus" di Ukraina pada Februari 2022 untuk melindungi wilayah timur Donetsk dan Luhansk yang telah berada dalam konflik dengan Kyiv sejak 2014.
Meskipun Turki dan beberapa negara lainnya telah berperan sebagai perantara untuk memfasilitasi pembicaraan damai potensial, berbagai negosiasi ini menghadapi tantangan besar dan sering kali terhenti.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : TASS