> >

Amnesty International: Eropa dan AS Terus Pasok Senjata meski Israel Dituduh Genosida di Gaza

Kompas dunia | 21 Oktober 2024, 14:31 WIB
Tentara Israel di Gaza dengan beragam munisi tank bantuan Amerika Serikat. Washington mempercepat penjualan senjata ke Israel meskipun ada kekhawatiran internal tentang penyalahgunaan bom buatan AS dan pelanggaran HAM, bahkan ketika jumlah korban sipil di Jalur Gaza terus meningkat, menurut investigasi ProPublica. (Sumber: Anadolu)

LONDON, KOMPAS TV – Di tengah serangan brutal Israel yang semakin intensif di Timur Tengah, negara-negara Eropa tetap memasok senjata ke Tel Aviv, meskipun ada tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) dan pelanggaran hak asasi manusia yang terus terjadi di Gaza.

Tekanan pada sekutu-sekutu Israel untuk menghentikan pasokan senjata semakin meningkat setelah serangan terbaru oleh tentara Israel terhadap markas Pasukan PBB di Lebanon (UNIFIL) dan beberapa posisi penting pasukan perdamaian di wilayah selatan negara itu, yang mengakibatkan sejumlah personel terluka.

Amnesty International menyampaikan kekhawatirannya terkait penjualan senjata Eropa kepada Israel di tengah serangan mereka ke Gaza dan Lebanon. 

Amnesty International menyerukan embargo senjata total karena adanya "pelanggaran berat hak asasi manusia."

"Negara-negara harus memberlakukan embargo senjata secara sepihak terhadap Israel, yang mencakup tidak hanya senjata dan sistem senjata dari negara mereka, tetapi juga menghentikan partisipasi dalam rantai pasokan yang akhirnya berujung pada Israel," ujar Patrick Wilcken, penasihat kebijakan kontrol senjata Amnesty International dan peneliti hak asasi manusia, dikutip dari Anadolu, Senin (21/10/2024).

Negara-negara Eropa adalah bagian dari Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty) 2013, yang melarang mereka mengizinkan pengiriman senjata yang dapat digunakan dalam serangan terhadap warga sipil.

Wilcken menekankan pentingnya mematuhi kewajiban hukum internasional, termasuk Perjanjian Perdagangan Senjata, untuk mencegah pengiriman senjata ke zona konflik dan menjaga prinsip-prinsip hak asasi manusia.

Amerika Serikat merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel, dengan kontribusi sebesar 69% dari total impor senjata konvensional utama Israel antara 2019 hingga 2023, menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).

Baca Juga: Netanyahu Ngamuk ke Macron, Sebut Seruan Embargo Senjata ke Israel Memalukan

Amerika Serikat berencana mengirimkan kiriman senjata baru, termasuk amunisi kritis, ke Israel dalam beberapa hari mendatang, kata Kementerian Pertahanan Israel hari Kamis, 11/7/2024. (Sumber: Anadolu)

Jerman adalah pemasok senjata terbesar di Eropa untuk Israel, memberikan sekitar 30% dari total impor senjata Israel pada periode yang sama. SIPRI melaporkan bahwa pada 2023, pengiriman senjata dari Jerman ke Israel meningkat menjadi €326,5 juta (sekitar Rp5,5 triliun), terutama setelah serangan pada 7 Oktober.

Italia juga tercatat menjual senjata senilai €2,1 juta (sekitar Rp35,5 miliar) kepada Israel pada kuartal terakhir 2023. Sementara itu, sejak 2015, Inggris telah memasok senjata senilai lebih dari $576 juta (sekitar Rp9 triliun) melalui lisensi ekspor senjata.

Pada awal Oktober, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan penghentian pengiriman senjata ke Israel. Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, juga mendesak masyarakat internasional pekan lalu untuk menghentikan pengiriman senjata, sekaligus mengutuk serangan Israel terhadap pasukan PBB.

Di Denmark, otoritas sedang menghadapi gugatan hukum yang dapat memaksa pemerintah untuk menghentikan ekspor suku cadang jet tempur F-35 ke Amerika Serikat, karena Washington menjual pesawat tersebut kepada Israel.

Dengan meningkatnya tekanan, pemerintah-pemerintah Barat berada di bawah desakan untuk menghentikan penjualan jet tempur mematikan F-35, yang digunakan oleh pasukan Israel dalam ofensif brutal mereka di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 42.600 warga Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 100.000 orang.

Ketika jet-jet tempur Israel menyerang Gaza, lebih dari 95% korban yang tewas atau terluka adalah warga sipil, berdasarkan laporan yang menunjukkan bahwa tren ini terus berlanjut sejak 7 Oktober tahun lalu.

Banyak negara Eropa yang terlibat dalam program F-35, yang menimbulkan pertanyaan tentang legalitas dan transparansi rantai pasokan internasional untuk pesawat tempur Israel yang bertanggung jawab atas serangan di Gaza dan Lebanon.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Anadolu


TERBARU