> >

Rusia Dorong BRICS Bangun Sistem Pembayaran Alternatif yang Kebal Sanksi Barat

Kompas dunia | 18 Oktober 2024, 22:15 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri Forum Bisnis BRICS di Moskow, Rusia, Jumat (18/10/2024). (Sumber: AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

Langkah ini merupakan bagian dari upaya mempererat kerja sama ekonomi antarnegara anggota BRICS dan mengurangi ketergantungan pada mekanisme Barat.

Baca Juga: Mengenal BRICS, Aliansi Ekonomi Tandingan G7 yang Beranggotakan Brasil, Rusia, China, India, Afsel

Sanksi Barat dan Usaha Pengurangan Ketergantungan Dolar

Sanksi besar-besaran yang diberlakukan AS dan sekutunya setelah invasi penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, telah mendorong Rusia untuk mengurangi ketergantungannya pada dolar AS.

Sanksi tersebut termasuk pembekuan aset luar negeri Rusia dan penghapusan akses bank-bank besar Rusia dari sistem SWIFT.

Meski begitu, negara-negara BRICS lainnya yang tidak terkena sanksi semacam itu, masih terus memprioritaskan akses ke sistem keuangan berbasis dolar. 

Menurut data Brookings Institution, pada 2022, sebanyak 58 persen pembayaran internasional (di luar kawasan euro) masih menggunakan dolar AS, sementara 54 persen faktur perdagangan global juga berbasis dolar.

Distributed Ledger Technology (DLT) sebagai Solusi

Rusia juga mengusulkan penggunaan Distributed Ledger Technology (DLT) sebagai bagian dari sistem pembayaran baru ini. 

Teknologi ini memungkinkan transaksi lintas negara menggunakan token digital, mengurangi risiko kredit yang biasanya melekat dalam sistem perbankan tradisional. 

DLT dilaporkan bisa mengurangi waktu dan biaya pemrosesan, karena tidak memerlukan pemeriksaan kepatuhan atau perantara korespondensi.

Penggunaan DLT pada setengah dari semua transfer lintas batas di negara-negara BRICS diperkirakan bisa menghemat hingga 15 miliar dolar AS per tahun, menurut laporan yang sama.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov dalam wawancara dengan RT menyatakan infrastruktur pembayaran lintas batas baru ini akan berbasis teknologi canggih dan memungkinkan transaksi perdagangan luar negeri berlangsung lebih cepat dan murah tanpa campur tangan eksternal.

Baca Juga: Menlu Retno Ungkap Indonesia Diajak Gabung BRICS: Keputusan Ada pada Pak Prabowo

BRICS Pay: Alternatif untuk SWIFT

Dilansir Global Times China, sistem pembayaran terdesentralisasi BRICS Pay saat ini sedang dikembangkan oleh negara-negara anggota BRICS.

Sistem ini dirancang sebagai alternatif untuk SWIFT, memungkinkan negara-negara BRICS melakukan transaksi lintas batas tanpa risiko terkena sanksi atau tekanan dari luar.

Laporan tersebut menegaskan pembangunan sistem keuangan baru yang terdesentralisasi ini bertujuan untuk memberikan akses yang lebih adil ke teknologi keuangan dan kekayaan global.

BRICS juga menekankan pentingnya kontrol penuh atas sumber daya keuangan bagi negara-negara yang ingin mencapai kedaulatan sejati di bidang politik, energi, pangan, dan teknologi.

Pada Forum Bisnis BRICS yang diadakan di Moscow International Trade Center pada 18-19 Oktober 2024, peserta akan dapat menguji coba teknologi retail BRICS Pay, menurut situs resmi BRICS Pay.

Forum ini akan menjadi ajang bagi negara-negara BRICS untuk menampilkan inovasi terbaru dalam teknologi pembayaran.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Bloomberg/Global Times/Anadolu/TASS


TERBARU