Kamala Harris Serukan Pendukung Republik Utamakan Negara dan Tinggalkan Trump, Sebut Trump Tak Waras
Kompas dunia | 17 Oktober 2024, 08:28 WIBPHILADELPHIA, KOMPAS.TV - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Demokrat, Kamala Harris, dikelilingi ratusan eks Republikan dalam kampanyenya.
Hal itu terjadi saat Harris berkampanye di Philadelphia, Rabu (16/10/2024).
Pada pernyataannya, Harris meminta para pemilih Republikan untuk mengutamakan negara terlebih dulu, dan meninggalkan capres AS lainnya, Donald Trump.
Baca Juga: Mengerikan, Anjing Liar Mulai Konsumsi Jasad yang Ditinggalkan di Jalanan Gaza
Harris menyampaikan argumennya kepada para pemilih Republik bahwa pilihan patriotik adalah memilih partainya (Demokrat), karena Trump disebutnya "tak stabil" dan "tak waras".
Selain itu, ia juga mengatakan Trump akan merusak norma-norma demokrasi jika diberikan masa jabatan di Gedung Putih untuk yang kedua kali.
“Amerika harus memperhatikan peringatan ini,” kata Harris dikutip dari Associated Press.
“Siapa pun yang menginjak-injak nilai-nilai demokrasi kita seperti yang dilakukan Donald Trump, siapa pun yang menyerukan ‘pengakhiran’ Konstitusi Amerika Serikat seperti yang dilakukan Donald Trump, tidak boleh lagi berdiri di belakang cap Presiden Amerika Serikat,” tambahnya.
Unjuk rasa tersebut merupakan bagian dari upaya Harris untuk menarik pemilih Partai Republik di negara-negara bagian yang ia yakini masih dapat terpengaruh.
Dengan sisa waktu 20 hari, Harris berharap dapat menyingkirkan pemilih dari Partai Republik atau pemilih yang tak percaya diri dengan memperingatkan, Trump ingin memerintah dengan kekuasaan yang tak terkendali.
Wakil Presiden AS itu pun berjanji mencalonkan seorang Republikan ke dalam kabinetnya dan membentuk dewan bipartisan untuk memberikan nasihat mengenai masalah kebijakan jika terpilih.
Trump sendiri berupaya merayu pemilih Latin di Miami, Florida.
Ini adalah kelompok yang secara historis condong ke Partai Demokrat, tetapi Partai Republik juga membuat terobosan.
Namun, Trump sedang menghadapi kesulitan dalam upayanya merayu pemilih Latin.
Baca Juga: Putin Disebut Diktator Pembunuh oleh Kamala Harris, Kremlin Beri Balasan Menohok
Pada Rabu, ia membela seruannya untuk melakukan deportasi massal terhadap imigran yang berada di AS secara ilegal.
Bahkan ketika ia menyetujui perlunya tenaga kerja imigran.
“Kami ingin pekerja, dan kami ingin mereka datang ke sini. Namun mereka harus datang secara legal, dan mereka harus mencintai negara kami,” tuturnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press