Hizbullah Sebut AS dan Israel Ingin Ciptakan Timur Tengah Baru
Kompas dunia | 16 Oktober 2024, 07:10 WIBBEIRUT, KOMPAS.TV – Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, dalam pidatonya di Beirut, Lebanon, pada Selasa (15/10/2024), menegaskan Israel adalah “agresor” yang menjadi ancaman nyata bagi kawasan.
Qassem mengatakan Israel ingin memperluas pendudukan militernya, bukan cuma di Palestina.
“Israel ingin menguasai semua wilayah negara-negara Arab dan semua umat muslim,” ungkapnya dalam siaran televisi, seperti dilaporkan Al Jazeera.
Qassem menuduh Israel menjalankan “kebijakan pembantaian” dan bergantung pada kebijakan “dosa-dosa terbesar yang bisa dilakukan di dunia”.
Baca Juga: PBB: Lebih dari 400.000 Anak di Lebanon Mengungsi karena Perang
Menurut Qassem, Israel memiliki tiga tujuan utama:
1. Menakuti rakyat melalui “kejahatan-kejahatan brutal”;
2. Mendapat dukungan penuh dari pemerintah Amerika Serikat;
3. Mengandalkan waktu – “apa yang tidak bisa didapatkan hari ini, bisa diambil besok.”
Konflik Hizbullah dan Israel, kata Qassem, tidak bisa dipisahkan dari perjuangan untuk Palestina.
“Kami menganggap perlawanan kami sah. Mereka yang berjuang untuk tanah mereka adalah rakyat Palestina, dan kami akan mendukung mereka,” tegasnya.
“Jika kami tidak menghadapi Israel, mereka (Israel) akan mencapai tujuan ekspansionisnya.”
Qassem juga menuduh Amerika Serikat turut serta membantu Israel dalam kejahatan brutal di kawasan tersebut.
“Amerika, iblis terbesar, ingin menciptakan Timur Tengah baru. Netanyahu menginginkan hal yang sama. Itu berarti AS dan Israel melakukan genosida ini dengan sengaja,” tuduhnya.
Qassem mengatakan solusi terbaik untuk konflik ini adalah agar Israel menghentikan serangan terhadap Lebanon dan Gaza.
“Saya ingin mengatakan kepada Israel, solusinya adalah berhenti menembak. Solusinya adalah gencatan senjata. Setelah gencatan senjata, para pemukim [Israel] bisa kembali ke utara,” ujarnya.
Baca Juga: Hizbullah untuk Pertama Kali Dukung Upaya Gencatan Senjata di Lebanon, tapi Tak Ungkit Gaza
Ia memperingatkan, lebih dari dua juta warga Israel di wilayah utara akan berada dalam ancaman terus-menerus jika Israel melanjutkan perangnya di Lebanon dan Gaza.
“Perlawanan tidak akan pernah dikalahkan karena mereka (warga Lebanon dan Palestina) adalah pemilik tanah ini. Mereka akan berjuang dan mati dengan martabat. Kemenangan akan datang dengan kesabaran,” kata Qassem.
Dalam pidato tersebut, Qassem juga menyebut serangan 7 Oktober 2023 ke Israel yang dilakukan milisi Palestina yang dipimpin Hamas, sebagai upaya untuk “mengusir penjajah”.
Menurutnya, Hamas dan rakyat Palestina telah menyampaikan kepada dunia bahwa “75 tahun telah berlalu, namun pendudukan masih ada di tanah kami, membunuh kami.”
Rakyat Palestina, lanjutnya, memiliki hak untuk melakukan sesuatu yang “mengguncang pendudukan dan menghentikannya dari meluas lebih jauh.”
Dia mengatakan, daripada bertanya mengapa serangan Al-Aqsa terjadi, dunia seharusnya bertanya “mengapa pendudukan masih ada.”
Serangan 7 Oktober, menurut Qassem, terjadi setelah 75 tahun pendudukan, dan itu adalah “hak sah rakyat Palestina.”
Baca Juga: Incar Brigade Elite Golani, Drone Hizbullah Berhasil Bunuh 4 Tentara Israel
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Al Jazeera