> >

Pengamat Sebut Israel Semangat Perang Usai Pembunuhan Nasrallah, Invasi ke Lebanon Segera Terjadi?

Kompas dunia | 1 Oktober 2024, 21:56 WIB
Tank Israel bergerak di wilayah utara Israel di dekat perbatasan dengan Lebanon pada Selasa (1/10/2024). (Sumber: AP Photo/Baz Ratner)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat Timur Tengah, Hasibullah Satrawi menyatakan invasi darat Israel ke Lebanon kemungkinan terjadi dalam waktu dekat.

Hal tersebut dikatakan Hasibullah menanggapi klaim pasukan Israel telah memasuki Lebanon per Selasa (1/10/2024).

Sebelumnya, militer Israel mengklaim telah mengirim serangan darat ke selatan Lebanon.

Namun, Hizbullah membantah klaim tersebut dan menegaskan siap melawan pasukan Israel jika menyerang.

Hasibullah menyebut, pengumuman pasukan telah memasuki Lebanon itu bisa jadi merupakan propaganda Israel.

Tel Aviv disebut melakukan "serangan propaganda" untuk memantau reaksi dari Hizbullah.

Baca Juga: AS Dukung Israel Invasi Lebanon, Ancam Iran jika Ikut Campur

Kendati demikian, alumnus Universitas Al Azhar Mesir itu mengingatkan, invasi Israel ke Lebanon berpeluang besar terjadi.

Terlebih lagi, Israel dinilai mendapat suntikan moral usai membunuh pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah.

"Walaupun belum dilakukan, tapi sangat mungkin Israel akan segera melakukan serangan darat, terutama dalam (situasi) psikologis serangan besar sekarang," kata Hasibullah kepada Kompas TV, Selasa (1/10/2024).

Hasibullah menilai, perang yang berlarut-larut di Lebanon dan terbunuhnya Nasrallah menguntungkan Benjamin Netanyahu sebagai politikus.

Pasalnya, Netanyahu dinilai gagal mencapai target serangan ke Gaza yang diucapkannya sendiri, yakni melenyapkan Hamas dan membunuh pemimpinnya, Yahya Sinwar.

Di lain sisi, Israel disebut memiliki kepentingan strategis untuk mengeliminasi potensi serangan dari luar, khususnya dari Hizbullah dan Hamas.

Tel Aviv dinilai tidak mau peristiwa seperti serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terulang kembali.

"Netanyahu sebelum perang ini terjadi merupakan salah satu tokoh Israel yang bermasalah dengan hukum, terutama terkait tuduhan-tuduhan korupsi dan beberapa upaya Netanyahu untuk melakukan semacam rekayasa hukum dengan melakukan reformasi di bidang pengadilan," kata Hasibullah.

"Dan ketika perang ini dibiarkan berlarut-larut, Netanyahu juga mendapat keuntungan karena dia bisa terus lebih lama menempati posisi perdana menteri Israel," imbuhnya.

Baca Juga: Israel Bunuh Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, Iran: AS Harus Bertanggung Jawab

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU