Wabah Kolera Sudan Tewaskan Lebih dari 430 Orang di Tengah Perang Sipil yang Terus Berkecamuk
Kompas dunia | 26 September 2024, 05:35 WIBKHARTOUM, KOMPAS.TV - Wabah kolera yang melanda Sudan dalam satu bulan terakhir telah merenggut nyawa 430 orang di tengah konflik sipil yang berkepanjangan.
Kementerian Kesehatan Sudan menyatakan, hingga kini tercatat sekitar 14.000 kasus infeksi kolera yang tersebar di beberapa wilayah terdampak.
Pemerintah mengeklaim terus berupaya untuk menekan penyebaran wabah ini, meskipun konflik yang telah merenggut lebih dari 150.000 jiwa sejak tahun lalu mempersulit distribusi bantuan kesehatan.
Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Sudan, Tom Perriello, menyebutkan bahwa perang saudara yang berlangsung sejak April 2023 menjadi salah satu faktor utama yang menghambat penyaluran bantuan.
Pertempuran antara angkatan bersenjata Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) terus berkecamuk, membuat situasi kemanusiaan di negara tersebut semakin terpuruk.
Lembaga kemanusiaan Doctors Without Borders (MSF) juga mengungkapkan kesulitan yang mereka hadapi dalam memberikan bantuan.
"Kami terus-menerus dihalangi oleh kedua pihak yang bertikai, respons kemanusiaan masih jauh di bawah apa yang dibutuhkan," ujar perwakilan MSF dikutip dari BBC.
Sudan kini dianggap sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Selain itu, peringatan akan terjadinya genosida terhadap non-Arab di wilayah Darfur Barat semakin menambah kekhawatiran.
Lebih dari sembilan juta penduduk telah meninggalkan rumah mereka akibat perang, sementara ancaman kelaparan terus membayangi karena gagal panen.
Baca Juga: Wabah Kolera Menyapu Sudan di Tengah Perang Saudara, 22 Meninggal dan Ratusan Terinfeksi
Kondisi Ideal Penyebaran Kolera
Kolera, yang dikenal sebagai penyakit menular cepat, telah menyebar luas di Sudan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kolera dapat menyebabkan diare akut, dehidrasi, hingga kematian.
Meskipun penyakit ini relatif mudah disembuhkan, pengobatan harus diberikan secepat mungkin.
Menteri Kesehatan Sudan, Haitham Mohammed Ibrahim, secara resmi mengumumkan wabah kolera pada pertengahan Agustus lalu.
Situasi ini diperburuk oleh hujan deras dan banjir yang melanda, serta kondisi padat di kamp-kamp pengungsian.
Koordinator darurat MSF di Sudan, Esperanza Santos, menyebut kondisi ini sebagai "badai sempurna" yang memicu penyebaran kolera secara cepat.
Sejumlah wilayah terdampak telah mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti menutup sekolah, pasar, dan toko guna menekan angka penyebaran. Namun, upaya ini belum cukup untuk mengatasi skala permasalahan.
Wanita hamil dan anak-anak merupakan kelompok yang paling terdampak oleh runtuhnya sistem kesehatan Sudan.
Laporan terbaru MSF mencatat adanya 114 kematian ibu di wilayah Darfur Selatan antara Januari hingga Agustus.
Selain itu, ribuan anak-anak dilaporkan menghadapi kelaparan parah akibat kurangnya pasokan pangan.
Baca Juga: Sudan Tuduh UEA Pasok Senjata ke RSF, Begini Respons Abu Dhabi
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Iman-Firdaus
Sumber : BBC