> >

Hujan Rudal Hizbullah Bikin Israel Umumkan Status Darurat Militer hingga 30 September

Kompas dunia | 24 September 2024, 10:13 WIB
Seorang pria melihat lokasi yang terkena roket yang ditembakkan dari Lebanon, di Kiryat Bialik, Israel utara, pada Minggu, 22 September 2024. (Sumber: AP Photo)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Pemerintah Israel hari Selasa dini hari (24/9/2024) memberlakukan keadaan darurat nasional hingga 30 September di tengah hujan rudal dari Hizbullah dan perlawanan Hamas di Gaza. 

Menurut harian Israel Yedioth Ahronoth, para menteri kabinet Israel melakukan pemungutan suara melalui telepon untuk mendeklarasikan situasi khusus darurat militer di seluruh negeri. Deklarasi ini diprakarsai oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

Surat kabar Haaretz melaporkan bahwa di bawah dekrit ini, militer Israel diberi wewenang untuk mengeluarkan instruksi kepada masyarakat, termasuk larangan berkumpul, pembatasan kegiatan sekolah, serta "instruksi tambahan yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa."

Keadaan darurat ini menyusul upaya pembunuhan oleh militer Israel terhadap komandan senior Hizbullah, Ali Karaki, dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut. Sumber militer Israel mengklaim serangan tersebut menargetkan Karaki, namun tidak ada rincian lebih lanjut tentang nasibnya.

Di sisi lain, Amerika Serikat mengumumkan pengiriman sejumlah kecil pasukan tambahan ke Timur Tengah sebagai tanggapan atas lonjakan kekerasan antara Israel dan Hizbullah, yang meningkatkan risiko perang regional. Namun, juru bicara Pentagon, Mayjen Pat Ryder, tidak mengungkapkan jumlah pasukan yang dikirim atau tugas spesifik mereka.

Saat ini, kekuatan militer Amerika di wilayah tersebut telah mencapai sekitar 40.000 tentara. Pada hari Senin, kapal induk USS Harry S. Truman dan kapal perang lainnya bertolak dari Norfolk, Virginia, menuju Armada Keenam di Eropa untuk penempatan reguler.

Keberangkatan kapal-kapal ini membuka kemungkinan bahwa AS dapat mempertahankan kehadiran ganda kapal induk, bersama USS Abraham Lincoln yang saat ini berada di Teluk Arab, guna mengantisipasi eskalasi lebih lanjut.

“Dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, kami mengirim sejumlah personel militer tambahan untuk memperkuat kekuatan kami yang sudah berada di kawasan,” kata Ryder.

Baca Juga: AS Kirim Lebih Banyak Tentara ke Timur Tengah saat Gempuran Israel ke Hizbullah Makin Sengit

Pasukan keamanan Israel memeriksa lokasi yang terkena roket yang ditembakkan dari Lebanon, di Kiryat Bialik, Israel utara, pada Minggu, 22 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Serangan udara Israel terhadap Lebanon hari Senin menyebabkan lebih dari 492 korban terbunuh, termasuk lebih dari 90 perempuan dan anak-anak, menurut otoritas Lebanon.

Ini merupakan serangan paling mematikan sejak perang Israel-Hizbullah pada 2006. Militer Israel memperingatkan penduduk di wilayah selatan dan timur Lebanon untuk segera mengungsi, karena mereka berencana memperluas serangan terhadap Hizbullah.

Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Abiad, mengungkapkan ribuan warga di selatan Lebanon telah mengungsi ke utara untuk menghindari serangan tersebut. Pemerintah Lebanon telah membuka sekolah dan institusi lain untuk menampung para pengungsi akibat serangan udara Israel.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Dalam Negeri Lebanon, Bassam Mawlawi, menginstruksikan gubernur daerah untuk bekerjasama dengan proses evakuasi massal dari wilayah selatan.

Pertempuran lintas batas antara Hizbullah dan Israel telah berlangsung sejak Israel melancarkan perang terhadap Gaza. Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.

Masyarakat internasional memperingatkan bahwa serangan terhadap Lebanon dapat memperluas konflik Gaza menjadi perang regional. Namun, ketegangan tetap tinggi dengan serangan balasan Hizbullah yang terus menggempur wilayah utara Israel.

Pekan lalu, ribuan perangkat komunikasi yang digunakan oleh anggota Hizbullah meledak di berbagai wilayah di Lebanon, menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000 lainnya, sebagian besar warga sipil. Lebanon menuding Israel sebagai pelakunya, namun Israel belum memberikan tanggapan resmi.

Warga melihat lokasi yang terkena roket yang ditembakkan dari Lebanon, di Moreshet, Israel utara, pada Minggu, 22 September 2024. Pemerintah Israel hari Selasa dini hari memberlakukan keadaan darurat nasional hingga 30 September di tengah hujan rudal dari Hizbullah dan Perlawanan Hamas di Gaza. (Sumber: AP Photo)

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Anadolu / Haaretz / Yedioth Ahronoth


TERBARU