> >

Korban Serangan Udara Israel di Beirut Jadi 31 Warga Sipil, Hizbullah Bersumpah Membalas

Kompas dunia | 21 September 2024, 21:55 WIB
Petugas tanggap darurat menggunakan ekskavator untuk membersihkan puing-puing di lokasi serangan Israel pada hari Jumat di pinggiran selatan Beirut, Sabtu, 21 September 2024. (Sumber: AP Photo)

BEIRUT, KOMPAS.TV – Jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di sebuah permukiman padat di pinggiran Beirut telah meningkat menjadi 31 orang, termasuk tujuh wanita dan tiga anak-anak, menurut Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, Sabtu (21/9/2024).

Serangan ini terjadi di tengah pertempuran sengit antara Israel dan Hizbullah yang terus berlanjut. Selain 31 korban tewas, sebanyak 68 orang terluka, di mana 15 di antaranya masih dirawat di rumah sakit. 

Tim penyelamat masih terus melakukan pencarian, dan jumlah korban diperkirakan akan bertambah.

Di antara korban tewas, terdapat Ibrahim Aqil, pemimpin Pasukan Radwan Hizbullah, dan Ahmed Wahbi, komandan senior lainnya dalam sayap militer kelompok ini. 

Wahbi dikenal sebagai tokoh yang memainkan peran besar dalam berbagai operasi Hizbullah selama puluhan tahun dan pernah dipenjara oleh Israel di Lebanon selatan pada tahun 1984. 

Hizbullah menyebut Wahbi sebagai komandan lapangan yang terlibat dalam penyergapan mematikan pada tahun 1997 di Lebanon selatan, yang menewaskan 12 tentara Israel.

Hizbullah juga mengumumkan bahwa 15 pejuangnya tewas akibat serangan Israel, meskipun tidak memberikan rincian lokasi kematian mereka. 

Serangan tersebut menghantam sebuah blok apartemen di kawasan Beirut selatan yang padat penduduk pada Jumat sore, saat banyak orang pulang kerja. Serangan ini merupakan yang paling mematikan di ibu kota Lebanon sejak perang Hizbullah-Israel pada 2006.

Sementara itu, juru bicara militer Israel, Letkol Nadav Shoshani, mengatakan bahwa total 16 pejuang Hizbullah tewas dalam serangan tersebut.

Baca Juga: Profil Ibrahim Aqil, Komandan Militer Hizbullah yang Tewas Dibunuh Israel

Pekerja pertahanan sipil memadamkan api saat asap mengepul dari lokasi serangan Israel pada hari Jumat di pinggiran selatan Beirut, Sabtu, 21 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Korban Sipil dan Situasi Darurat di Lokasi

Militer Lebanon memblokir akses menuju lokasi serangan untuk mencegah warga sipil mendekati bangunan yang hancur. Palang Merah Lebanon juga berada di lokasi untuk mengevakuasi jenazah yang ditemukan di bawah reruntuhan. 

Sabtu pagi, kantor media Hizbullah mengajak para jurnalis berkeliling lokasi, di mana para pekerja masih berusaha menggali reruntuhan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Lebanon, Ali Hamie, menyebutkan 23 orang masih dinyatakan hilang.

Serangan udara yang menghantam Jalan Qaim di Beirut selatan menghancurkan gedung delapan lantai yang memiliki 16 apartemen. 

Rudal Israel menghantam tepat di ruang bawah tanah tempat pertemuan para pejabat Hizbullah sedang berlangsung.

Baca Juga: Komandan Militer Hizbullah Kembali Terbunuh oleh Israel, Perang Penuh Sudah di Depan Mata

Petugas tanggap darurat membersihkan puing-puing di lokasi serangan Israel pada hari Jumat di pinggiran selatan Beirut, Sabtu, 21 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Respons Hizbullah terhadap Serangan Israel

Serangan mematikan pada hari Jumat ini terjadi beberapa jam setelah Hizbullah meluncurkan salah satu serangan roket terberatnya terhadap Israel utara dalam setahun terakhir, menargetkan pangkalan militer Israel. 

Sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, berhasil mencegat sebagian besar roket Katyusha yang diluncurkan.

Hizbullah menyebutkan serangan roket tersebut merupakan balasan atas serangan Israel di Lebanon selatan sebelumnya. 

Namun, serangan itu terjadi hanya beberapa hari setelah ledakan besar yang menghancurkan pager atau penyeranta dan alat komunikasi Hizbullah, yang menewaskan sedikitnya 37 orang, termasuk dua anak-anak, serta melukai 2.900 orang lainnya. 

Insiden ini diduga kuat melibatkan Israel, meskipun Israel belum mengakui keterlibatannya.

Menurut Menteri Kesehatan Lebanon, rumah sakit di seluruh negeri kini dipenuhi oleh korban luka akibat eskalasi konflik ini.

Baca Juga: Israel Diduga Ledakkan Ribuan Alat Komunikasi di Lebanon, PBB: Langgar Hukum Internasional

Fatima Abdullah, 8 tahun, jadi salah satu korban yang tewas dalam ledakan massal pager atau penyeranta di Lebanon, Selasa (17/9/2024) sore. Pada Rabu (18/9/2024), Fatima dimakamkan dalam upacara pemakaman yang sedih di Desa Saraain El Faouqa di Lembah Bekaa, Lebanon. (Sumber: Anadolu)

Israel Gencarkan Serangan ke Lebanon

Pada Sabtu, Israel kembali melancarkan gelombang serangan udara yang hebat ke Lebanon selatan. 

Militer Israel mengeklaim target mereka adalah pos-pos Hizbullah, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut. 

Hizbullah merespons dengan meluncurkan sejumlah besar roket ke wilayah Israel utara.

Pemerintah Israel baru-baru ini menyatakan bahwa menghentikan serangan Hizbullah di wilayah utara Israel menjadi tujuan utama, guna memungkinkan warga kembali ke rumah mereka. 

Israel bahkan tengah mempertimbangkan operasi militer skala besar di Lebanon yang berpotensi memicu konflik yang lebih luas.

Pertukaran serangan ini telah memaksa puluhan ribu warga untuk mengungsi dari rumah mereka, baik di Lebanon selatan maupun Israel utara.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU