Pemimpin Hizbullah Murka dengan Ledakan Alat Komunikasi di Lebanon: Ini Seruan Perang
Kompas dunia | 20 September 2024, 09:55 WIBBEIRUT, KOMPAS.TV - Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah murka dengan ledakan alat komunikasi di Lebanon.
Ia pun menyebut bahwa musuh telah melampaui batas dan gelombang ledakan tersebut merupakan seruan perang.
Ledakan pager yang terjadi Selasa (17/9/2024) telah membuat 12 orang termasuk anggota Hizbullah tewas.
Baca Juga: Media Ungkap Koordinasi antara Israel dan AS jelang Serangan Pager di Lebanon
Bahkan setelah ledakan pager tersebut, walkie talkie yang digunakan saat pemakaman ke-12 orang itu juga meledak
Ledakan walkie-talkie itu membuat 25 orang tewas.
Hizbullah dan sekutunya menuduh Israel terlibat dalam ledakan tersebut.
Bahkan seorang pejabat AS mensinyalkan Israel yang telah memasukkan alat peledak ke alat komunikasi tersebut.
Israel sendiri tak berkomentar terkait ledakan yang terjadi di Lebanon itu.
“Lawan sudah melanggar batas, semua aturan dan hukum. Mereka tak mempedulikan yang lain, tidak moral, tidak kemanusiaan, tidak legalitas,” ujar Nasrallah dikutip dari BBC Internasional, Jumat (20/9/2024).
“Ini adalah pembantaian, agresi besar terhadap Lebanon, warganya, serta perlawanannya, kedaulatan dan keamanannya. Ini juga bisa disebut kejahatan perang atau deklarasi perang, apa pun Anda menyebutnya, ini pantas dan sesuai dengan deskripsinya. Itu memang keinginan musuh,” ujarnya.
Pemimpin Hizbullah mengakui bahwa ini merupakan pukulan yang besar dan tak diperkirakan untuk kelompoknya.
Namun, Nasrallah mengatakan bahwa kemampuan mereka untuk memimpin dan berkomunikasi tetap terjaga,
Nada bicara Nasrallah sendiri menantang, dan ia bersumpah akan memberikan hukuman berat bagi pelakunya.
Baca Juga: PM Israel Netanyahu Disebut Perintahkan Teror Pager ke Lebanon, Puluhan Orang Tewas dan Ribuan Luka
Namun, sekali lagi ia mengindikasikan bahwa Hizbullah tak tertarik dalam meningkatkan konflik yang terjadi saat ini dengan Israel.
Ia menegaskan serangan antar perbatasan ke Israel akan dilakukan jika tak ada gencatan senjata ke Gaza.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : BBC Internasional