> >

Pria yang Berupaya Bunuh Trump Pernah Serukan Iran untuk Habisi Sang Mantan Presiden AS Itu

Kompas dunia | 17 September 2024, 09:49 WIB
Ryan Wesley Routh berpartisipasi dalam rapat umum di pusat kota Kyiv, Ukraina, Sabtu, 30 April 2022. (Sumber: AP Photo/Efrem Lukatsky)

HAWAII, KOMPAS.TV — Ryan Wesley Routh yang diduga melakukan upaya pembunuhan terhadap Donald Trump diketahui pernah menulis buku yang menyerukan agar Iran membunuh sang mantan Presiden Amerika Serikat (AS) itu.

Routh, yang diketahui pernah mendukung Trump, ditangkap pada Minggu (15/9/2024) setelah diduga berupaya membunuh mantan Presiden AS tersebut. 

Routh ditangkap saat Trump tengah bermain golf di West Palm Beach, Florida, dengan membawa senapan yang diduga akan digunakan dalam upaya pembunuhan tersebut. Namun, berkat tindakan cepat Secret Service, upaya tersebut berhasil digagalkan.

Routh yang berusia 58 tahun merupakan sosok yang penuh kontroversi. Dilansir dari The Associated Press, ia dikenal sebagai seseorang yang memiliki pandangan politik yang berubah-ubah. 

Di masa lalu, Routh mengeklaim sebagai pendukung Trump, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, ia justru menjadi penentang keras mantan presiden dari Partai Republik itu. 

Routh bahkan sempat menyerukan agar Iran membunuh Trump dalam sebuah buku yang ia terbitkan pada 2023 berjudul "Ukraine's Unwinnable War". 

Dalam buku tersebut, Trump disebut sebagai "bodoh" dan "badut" karena perannya dalam kerusuhan di Capitol pada 6 Januari 2021 serta keputusannya untuk menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran.

Dalam bukunya, ia juga menyalahkan dirinya sendiri karena pernah memilih Trump dalam pemilihan presiden, dan kemudian mendesak Iran untuk "menghabisi" mantan presiden tersebut. 

"Anda bebas membunuh Trump," tulisnya dalam buku tersebut.

Routh, yang tinggal di Hawaii, menggambarkan dirinya sebagai aktivis sosial. Ia pernah membangun tempat tinggal bagi tunawisma di pulau itu dan mencoba merekrut pejuang untuk bergabung dengan Ukraina dalam perang melawan Rusia. 

Baca Juga: Pria Bersenjata Dekati Donald Trump saat Main Golf, Begini Keterangan FBI

Namun, menurut pihak militer Ukraina, Routh tidak pernah secara resmi bergabung dengan tentara mereka dan hanya menawarkan ide-ide yang dianggap "delusional" oleh komando pasukan asing di Ukraina.

Tidak hanya pandangan politiknya yang menarik perhatian, Routh juga memiliki catatan kriminal yang panjang. 

Pada 2002, ia dihukum karena memiliki bahan peledak dan senjata otomatis setelah berusaha melarikan diri dari pengejaran polisi. 

Sejak itu, ia beberapa kali terlibat dalam kasus kriminal lainnya, termasuk kepemilikan barang curian dan pelanggaran lalu lintas. 

Meski memiliki sejumlah hukuman berat, Routh beberapa kali berhasil lolos dari hukuman penjara dengan hanya menjalani masa percobaan..

Selain menyerukan kematian Trump, Routh juga dikenal sebagai pendukung berbagai tokoh politik dari spektrum yang berbeda. 

Dalam beberapa tahun terakhir, ia sempat menyatakan dukungannya terhadap Bernie Sanders, Tulsi Gabbard, Nikki Haley, hingga Joe Biden dan Kamala Harris. 

Ia juga tercatat telah memberikan donasi kecil untuk kandidat dari Partai Demokrat melalui ActBlue sejak 2019.

Penangkapan Routh mengejutkan warga di sekitar tempat tinggalnya di Kaaawa, Hawaii. Seorang tetangganya, Christopher Tam, menggambarkan Routh sebagai sosok yang ramah dan sopan.

"Sangat mengejutkan. Jika dia benar-benar terlibat dalam rencana ini, itu sangat mengagetkan kami," kata Tam.

Baca Juga: Respons Presiden Joe Biden Terkait Upaya Penembakan Donald Trump

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU