> >

Serba-serbi Penobatan Raja Malaysia yang Baru Sultan Ibrahim Iskandar

Kompas dunia | 20 Juli 2024, 19:44 WIB
Raja Malaysia ke-17, Sultan Ibrahim Iskandar (kiri) mengangkat belati upacara di hadapan Ratu Raja Zarith Sofiah selama penobatannya di Istana Negara di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu, 20 Juli 2024. (Sumber: AP Photo)

KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Raja Malaysia yang baru, Sultan Ibrahim Iskandar, dilantik pada Sabtu (20/7/2024), enam bulan setelah ia disumpah untuk masa jabatan lima tahun di bawah sistem monarki bergilir yang unik.

Penobatan yang digelar di Istana Negara ini meresmikan peran sang sultan sebagai raja Malaysia  ke-17 dalam sebuah upacara yang kental dengan budaya dan adat istiadat Melayu.

Acara ini disiarkan langsung untuk menunjukkan sejarah kesultanan Melayu.

Sembilan penguasa negara bagian Melayu secara bergantian menjadi raja untuk masa jabatan lima tahun di bawah sistem unik yang merupakan satu-satunya di dunia, yang dimulai ketika Malaysia merdeka dari Inggris pada tahun 1957.

Malaysia memiliki 13 negara bagian, namun hanya sembilan yang memiliki keluarga kerajaan, beberapa di antaranya berakar pada kerajaan Melayu kuno yang merupakan negara merdeka hingga dijadikan satu oleh Inggris.

Sultan Ibrahim Iskandar, salah satu orang terkaya di Malaysia, memiliki kerajaan bisnis yang luas mulai dari real estate hingga telekomunikasi.

Raja berusia 65 tahun dari negara bagian Johor itu memiliki hubungan baik dengan Perdana Menteri Anwar Ibrahim dan lantang bersuara tentang politik Malaysia. Ia pernah berbicara menentang korupsi dan diskriminasi rasial.

Lebih dari 700 tamu menghadiri upacara penobatan tersebut, termasuk Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei dan Raja Hamad Isa al Khalifa dari Bahrain. Upacara diikuti dengan jamuan kerajaan pada Sabtu malam.

Baca Juga: Malaysia Resmi Larang Orangtua Beri Nama Bayi Mereka Skibidi, Siti Nurtizen, dan Sederet Lainnya

Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa (kanan), Sultan Brunei Hassanal Bolkiah (tengah), dan Ratu Brunei Pengiran Anak Saleha menghadiri upacara penobatan Raja Malaysia ke-17, Sultan Ibrahim Iskandar, di Istana Negara, Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu, 20 Juli 2024. (Sumber: AP Photo)

Peran Raja di Malaysia

Raja Malaysia, yang dikenal sebagai Yang Di-Pertuan Agong atau Dia Yang Dijadikan Tuan, memiliki peran yang sebagian besar bersifat seremonial, dengan kekuasaan administratif dipegang oleh perdana menteri dan parlemen.

Raja adalah kepala nominal pemerintahan dan angkatan bersenjata serta sangat dihormati sebagai pelindung Islam dan tradisi Melayu.

Semua undang-undang, penunjukan kabinet, dan pembubaran parlemen untuk pemilihan umum memerlukan persetujuannya. Raja memiliki kekuasaan untuk menyatakan keadaan darurat dan memberikan grasi kepada narapidana.

Sultan Ibrahim menggantikan Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dari negara bagian Pahang, yang memimpin selama periode yang penuh gejolak termasuk lockdown Covid-19 dan ketidakstabilan politik.

Pengaruh politik raja sudah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Sultan Abdullah campur tangan dalam menentukan siapa yang seharusnya menjadi perdana menteri, termasuk menunjuk Anwar Ibrahim setelah Pemilihan Umum 2022 menghasilkan parlemen gantung.

Sultan Ibrahim menunjukkan ia akan mempertahankan pendekatan yang aktif. Sebelum menjadi raja, ia mengatakan kepada media Singapura, The Straits Times, dalam sebuah wawancara, ia tidak ingin menyia-nyiakan lima tahun di takhta sebagai "raja boneka".

Tetapi, kata dia, ia akan fokus memerangi korupsi dan memperdalam persatuan di Malaysia. Sultan dan penguasa-penguasa lainnya juga telah memperingatkan upaya oposisi untuk menggulingkan pemerintahan Anwar, dan menyerukan stabilitas politik.

Baca Juga: Anwar Ibrahim Tegaskan Malaysia Berhubungan Baik dengan AS, tapi Tak Mau Fobia China

Raja Malaysia ke-17, Sultan Ibrahim Iskandar (kiri) dan Ratu Raja Zarith Sofiah berjalan di dekat takhta selama penobatannya di Istana Negara di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu, 20 Juli 2024. (Sumber: AP Photo)

Siapa Sultan Ibrahim?

Sultan Ibrahim, yang ibunya berasal dari Inggris, vokal tentang masalah kesejahteraan dan melakukan perjalanan tahunan dengan motornya untuk bertemu dengan masyarakat di negaranya.

Ia juga tidak merahasiakan kekayaannya. Selain armada jet, ia memiliki koleksi mobil mewah dan sepeda motor yang luas, serta properti di luar negeri.

Ia juga satu-satunya dari sembilan sultan yang memiliki tentara pribadi kecil — suatu syarat yang disepakati agar Johor bergabung dengan Malaysia modern.

Profil korporat Sultan Ibrahim yang tinggi, termasuk kepemilikan di proyek pengembangan Forest City yang bernilai miliaran dolar di Johor bersama pengembang China yang bermasalah, Country Garden, menimbulkan kekhawatiran karena potensi konflik kepentingan.

Ia mengatakan kepada The Straits Times bahwa ia berencana untuk menghidupkan kembali proyek jalur kereta api cepat dengan Singapura dan memperkuat proyek Forest City yang bermasalah.

Sang sultan membela kegiatan bisnisnya. Pada tahun 2015, ia mengatakan dirinya harus "mencari nafkah, seperti orang Malaysia biasa" karena tidak bisa hanya mengandalkan tunjangan negara sebesar 27.000 ringgit atau sekitar Rp93,3 juta per bulan.

Istrinya, Raja Zarith Sofiah, yang berasal dari keluarga kerajaan lain, adalah lulusan Universitas Oxford dan seorang penulis yang telah menulis beberapa buku anak-anak. Mereka memiliki lima putra dan satu putri.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU