Serba-serbi Penobatan Raja Malaysia yang Baru Sultan Ibrahim Iskandar
Kompas dunia | 20 Juli 2024, 19:44 WIBSultan Ibrahim menggantikan Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dari negara bagian Pahang, yang memimpin selama periode yang penuh gejolak termasuk lockdown Covid-19 dan ketidakstabilan politik.
Pengaruh politik raja sudah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Sultan Abdullah campur tangan dalam menentukan siapa yang seharusnya menjadi perdana menteri, termasuk menunjuk Anwar Ibrahim setelah Pemilihan Umum 2022 menghasilkan parlemen gantung.
Sultan Ibrahim menunjukkan ia akan mempertahankan pendekatan yang aktif. Sebelum menjadi raja, ia mengatakan kepada media Singapura, The Straits Times, dalam sebuah wawancara, ia tidak ingin menyia-nyiakan lima tahun di takhta sebagai "raja boneka".
Tetapi, kata dia, ia akan fokus memerangi korupsi dan memperdalam persatuan di Malaysia. Sultan dan penguasa-penguasa lainnya juga telah memperingatkan upaya oposisi untuk menggulingkan pemerintahan Anwar, dan menyerukan stabilitas politik.
Baca Juga: Anwar Ibrahim Tegaskan Malaysia Berhubungan Baik dengan AS, tapi Tak Mau Fobia China
Siapa Sultan Ibrahim?
Sultan Ibrahim, yang ibunya berasal dari Inggris, vokal tentang masalah kesejahteraan dan melakukan perjalanan tahunan dengan motornya untuk bertemu dengan masyarakat di negaranya.
Ia juga tidak merahasiakan kekayaannya. Selain armada jet, ia memiliki koleksi mobil mewah dan sepeda motor yang luas, serta properti di luar negeri.
Ia juga satu-satunya dari sembilan sultan yang memiliki tentara pribadi kecil — suatu syarat yang disepakati agar Johor bergabung dengan Malaysia modern.
Profil korporat Sultan Ibrahim yang tinggi, termasuk kepemilikan di proyek pengembangan Forest City yang bernilai miliaran dolar di Johor bersama pengembang China yang bermasalah, Country Garden, menimbulkan kekhawatiran karena potensi konflik kepentingan.
Ia mengatakan kepada The Straits Times bahwa ia berencana untuk menghidupkan kembali proyek jalur kereta api cepat dengan Singapura dan memperkuat proyek Forest City yang bermasalah.
Sang sultan membela kegiatan bisnisnya. Pada tahun 2015, ia mengatakan dirinya harus "mencari nafkah, seperti orang Malaysia biasa" karena tidak bisa hanya mengandalkan tunjangan negara sebesar 27.000 ringgit atau sekitar Rp93,3 juta per bulan.
Istrinya, Raja Zarith Sofiah, yang berasal dari keluarga kerajaan lain, adalah lulusan Universitas Oxford dan seorang penulis yang telah menulis beberapa buku anak-anak. Mereka memiliki lima putra dan satu putri.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press