Jumlah Kasus DBD Sedunia Naik Signifikan Tahun 2024, Indonesia Catat Hampir 120. 000 Kasus
Kompas dunia | 26 Juni 2024, 14:42 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) dilaporkan naik signifikan di seluru dunia dan memecahkan rekor internasional. Naiknya persebaran virus dengue di dunia disebut terkait perubahan iklim.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan situasi darurat DBD sejak Desember 2023 lalu. Kurang dari enam bulan memasuki tahun 2024, sejumlah negara di Amerika Tengah dan Amerika Selatan telah mencatatkan kenaikan kasus DBD yang memecahkan rekor.
Menurut laporan WHO, dalam empat bulan pertama 2024, kasus DBD yang dilaporkan telah mencapai 7,9 juta kasus. Sejauh ini terdapat 4.000 kematian di seluruh dunia terkait DBD.
Baca Juga: Kena Demam Berdarah, Satu Pemain Abroad Terpental dari Seleksi Timnas Indonesia U16, Siapa Dia?
Sepanjang 2023 lalu, angka infeksi DBD tercatat sejumlah 6,6 juta kasus di sekitar 80 negara. Tingkat infeksi pada 2023 telah dilampaui berdasarkan data yang tersedia dalam empat bulan awal 2024.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pun telah meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD. Di Puerto Riko, termasuk wilayah pemerintahan AS, darurat kesehatan masyarakat ditetapkan terkait DBD.
Kepala cabang CDC di Puerto Riko, dr. Gabriela Paz-Bailey menyebut terjadi peningkatan kasus dengue tipe 2 dan tipe 3 di pulau tersebut. Virus dengue sendiri diklasifikasikan menjadi empat kategori, yakni tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4.
"Kami saat ini melihat peningkatan kasus (DBD) karena dengue 2 dan dengue 3, yang mana penduduk kurang memiliki imunitas terhadapnya," kata Paz-Bailey dikutip Associated Press, Rabu (26/6/2024).
Sementara itu, di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI mencatat 119.709 kasus DBD hingga pekan ke-22 atau bulan Juni 2024. Angka ini telah melampaui tingkat infeksi DBD sepanjang 2023, yakni 114.720 kasus.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes dr. Imran Pambudi mengingatkan bahwa kasus DBD diperkirakan meningkat seiring musim kemarau. Pasalnya, frekuensi gigitan nyamuk cenderung meningkat saat suhu udara meningkat pada musim kemarau.
“Jadi, kita dapat penelitian, waktu suhunya 25 derajat celcius itu nyamuk menggigitnya 5 hari sekali. Tapi, kalau suhunya 20 derajat celcius, nyamuk akan menggigit 2 hari sekali. Ini dapat meningkatkan potensi kasus terjadi saat Juli dan Agustus saat suhu udara tinggi,” kata Imran dikutip laman resmi Kemenkes.
Imran menambahkan naiknya kasus DBD di Indonesia disebabkan pemendekan siklus yang memicu kenaikan Incidence Rate (IR) dan penurunan Case Facility Rate (CFR). Pemendekan siklus ini menurutnya terjadi karena El Nino.
"Terjadi pemendekan siklus tahunan dari 10 tahun menjadi 3 tahun bahkan kurang, yang disebabkan oleh fenomena El Nino,” katanya.
Dari hampir 120.000 kasus DBD di Indonesia saat ini, Kemenkes melaporkan angka kematian terkait DBD mencapai 777 kasus per Juni 2024. Sepanjang 2023, kematian akibat DBD tercatat sejumlah 894 kasus.
Baca Juga: Kemenkes Ingatkan Masyarakat Waspada DBD Saat Kemarau Juli-Agustus
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV