Keceplosan, Israel Ungkap Infrastruktur Listriknya Tidak Mampu Hadapi Perang Total Lawan Hizbullah
Kompas dunia | 24 Juni 2024, 04:05 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Peringatan mengejutkan datang dari kepala Independent System Operator Ltd (NOGA), sebuah perusahaan yang bertanggung jawab atas perencanaan sistem kelistrikan Israel, yang keceplosan menyatakan Israel tidak dapat dihuni setelah 72 jam tanpa listrik bila menghadapi perang total melawan kelompok Hizbullah Lebanon.
Shaul Goldstein, kepala perusahaan perencana sistem listrik negara itu, menyebut jaringan infrastruktur listriknya tidak mampu bertahan bila dihantam habis oleh Hezbollah.
Dalam sebuah konferensi di kota Sderot, Goldstein dengan lantang mengatakan Israel tidak mampu mengalami kerusakan besar pada infrastruktur listriknya jika terjadi perang skala penuh dengan Hizbullah atau Hezbollah Lebanon.
Pernyataan ini langsung memicu kehebohan. Tak lama kemudian, Goldstein mencoba menarik kembali ucapannya.
“Kami tidak berada dalam situasi yang baik, dan kami tidak siap untuk perang sebenarnya. Kami hidup dalam fantasi,” ujar Goldstein, Kamis (20/6/2024), sebagaimana dilaporkan oleh Times of Israel, Sabtu, 22/6/2024.
Kalimat ini diucapkan dengan nada serius, memperlihatkan betapa gentingnya situasi yang mungkin dihadapi Israel jika konflik dengan Hizbullah benar-benar terjadi.
Goldstein memperingatkan bahwa dalam situasi perang, menjamin pasokan listrik yang stabil akan menjadi hal yang mustahil.
“Kami tidak bisa menjanjikan listrik tetap menyala jika ada perang di utara. Setelah 72 jam tanpa listrik, mustahil untuk tinggal di sini. Kami tidak siap untuk perang sebenarnya,” kata CEO NOGA tersebut dalam konferensi di selatan Kota Sderot.
Dia menambahkan, jika pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah ingin melumpuhkan jaringan listrik Israel, dia hanya perlu menghubungi kepala jaringan listrik Beirut, yang menurutnya punya kemiripan dengan jaringan Israel.
Baca Juga: Iran: Hizbullah Bakal Bikin Israel Jadi Pecundang Terbesar saat Perang
Setelah komentarnya menjadi sorotan utama di berbagai media, Goldstein berusaha meredakan situasi dengan mengatakan kepada penyiar publik KAN.
“Saya membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab yang seharusnya tidak saya lakukan,” ujarnya.
Kekhawatiran Goldstein muncul di tengah meningkatnya ketegangan di perbatasan utara Israel, yang dapat memicu perang besar antara Israel dan Hizbullah.
Kelompok milisi Syiah yang didukung Iran ini diyakini punya sekitar 150.000 roket yang siap diluncurkan ke berbagai infrastruktur dasar dan sangat penting milik Israel.
Pernyataan Goldstein mendapat reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk pejabat pemerintah dan pemimpin sektor energi.
Meir Shpilger, CEO Israel Electric Company, menyebut kata-kata Goldstein “tidak bertanggung jawab (dan) terlepas dari kenyataan,” serta menuduhnya menimbulkan kepanikan yang tidak perlu.
“Negara Israel tidak akan dibiarkan dalam kegelapan. Kemungkinan pemadaman listrik yang berlangsung berhari-hari sangat rendah,” ujar Menteri Energi Eli Cohen sebagai tanggapan.
Cohen juga menegaskan Israel telah mempersiapkan diri untuk segala skenario dengan berbagai sumber energi yang tersebar di lokasi-lokasi yang dirahasiakan dan dilindungi.
“Jika akan ada pemadaman listrik selama berjam-jam di Israel, akan ada pemadaman listrik selama berbulan-bulan di Lebanon,” kata Cohen dengan nada mengancam.
Baca Juga: Israel Siap Perang Mati-matian Lawan Hizbullah, Rencana Invasi ke Lebanon Diselesaikan
Sejak awal Oktober, Hizbullah melancarkan serangan harian terhadap pos militer Israel di sepanjang perbatasan. Situasi ini mengakibatkan korban jiwa di kedua belah pihak dan meningkatkan ketegangan lebih lanjut.
Dalam beberapa minggu terakhir, baku tembak antara Israel dan Hizbullah semakin sengit, dengan ratusan roket diluncurkan oleh Hizbullah ke Israel.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam sebuah pidato baru-baru ini mengancam Israel dengan “perang total,” meskipun ia menekankan kelompoknya tidak mencari eskalasi penuh, tetapi akan terus mendukung Hamas.
Hassan Nasrallah juga memperingatkan "tidak ada tempat" di Israel yang akan terhindar dari senjata kelompoknya jika terjadi perang skala penuh.
Nasrallah menegaskan, Hizbullah akan berperang tanpa "aturan" dan tanpa "batasan."
"Musuh tahu betul kami telah mempersiapkan diri untuk yang terburuk, dan tidak ada tempat (di Israel) yang akan terhindar dari roket kami," ujar Nasrallah.
Komentar Nasrallah ini disampaikan sehari setelah IDF mengumumkan para jenderal telah menyetujui rencana pertempuran untuk serangan di Lebanon, di tengah utusan khusus AS, Amos Hochstein, melakukan perjalanan ke Yerusalem dan Beirut dalam upaya meredakan situasi.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Tito-Dirhantoro
Sumber : Times of Israel