> >

Hanya Dua Pemimpin Asia Hadiri KTT Perdamaian Ukraina, Indonesia Bahkan Cuma Kirim Dubes di Swiss

Kompas dunia | 16 Juni 2024, 22:22 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di KTT di Swiss, Sabtu, 15 Juni 2024. PM Jepang, Fumio Kishida, bersama PM Timor Leste Jose Ramos Horta pada 15 Juni adalah dua pemimpin Asia yang hadir di KTT perdamaian di Swiss, Singapura diwakili Menteri Senior Sim Ann, Thailand diwakili Wamenlu Russ Jalichandra dan Filipina diwakili penasihat presiden, Carlito Galvez Jr, Indonesia hanya diwakili Dubes untuk Swiss, I Gede Ngurah Swajaya. (Sumber: BBC)

SINGAPURA, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, pada Sabtu (15/6/2024) menyerukan upaya global untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina. Ia menjadi salah satu dari sangat sedikit pemimpin Asia yang hadir di KTT perdamaian di Swiss.

Singapura diwakili oleh Menteri Senior Negara untuk Urusan Luar Negeri dan Pembangunan Nasional, Sim Ann. Negara Asia Tenggara lainnya yang hadir adalah Thailand dan Filipina, masing-masing diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri Russ Jalichandra dan Carlito Galvez Jr, seorang penasihat presiden.

Seperti laporan Straits Times, Minggu (16/6), Indonesia hanya mengirim tingkat duta besar yaitu dubes untuk Swiss pada KTT tingkat kepala negara. Hal ini dipandang sinyal kuat posisi diplomatik Indonesia soal KTT tersebut.

Indonesia mengirimkan Duta Besar I Gede Ngurah Swajaya, sementara India mengirimkan Pavan Kapoor, seorang diplomat senior dari Kementerian Luar Negeri,

Adapun China tidak hadir di KTT ini, karena sebelumnya menyatakan hanya akan berpartisipasi dalam KTT Perdamaian yang diakui oleh Rusia dan Ukraina. Ketidakhadiran China dilihat oleh pengamat sebagai bukti keberpihakannya pada Rusia, meskipun mengaku netral dalam konflik tersebut.

Meskipun Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, secara pribadi memohon agar para pemimpin Asia hadir, kebanyakan negara Asia diwakili oleh menteri, pejabat, dan perwakilan lainnya di pertemuan internasional di Buergenstock. PM Jepang Fumio Kishida dan PM Timor Leste, Xanana Gusmao, adalah pengecualian.

“Banyak di Asia melihat konflik di Ukraina sebagai masalah yang jauh dan bukan perhatian utama mereka, meskipun agresi Rusia terhadap Ukraina mempengaruhi pasokan gandum dan harga bahan bakar fosil,” kata Associate Professor Chong Ja Ian dari Departemen Ilmu Politik Universitas Nasional Singapura.

Dr. Ian Storey, peneliti senior di ISEAS, Yusof Ishak Institute, mengatakan absennya Rusia mungkin juga menjelaskan mengapa kepala negara Asia tidak menghadiri KTT tersebut.

“Beberapa negara yang menentang invasi Rusia mungkin tidak mengirim kepala negara atau pemerintahan mereka mengingat KTT ini kecil kemungkinan akan menghasilkan terobosan besar, terutama mengingat Rusia tidak hadir,” kata Dr. Storey.

Baca Juga: 90 Negara Diklaim Bakal Hadir dalam KTT Perdamaian Ukraina di Swiss, Rusia Disebut Bakal Absen

KTT Ukraina di Swiss, Sabtu (15/6/2024). PM Jepang, Fumio Kishida, bersama PM Timor Leste Jose Ramos Horta adalah dua pemimpin Asia yang hadir di KTT perdamaian di Swiss, Singapura diwakili Menteri Senior Sim Ann, Thailand diwakili Wamenlu Russ Jalichandra dan Filipina diwakili penasihat presiden, Carlito Galvez Jr, Indonesia hanya diwakili Dubes untuk Swiss, I Gede Ngurah Swajaya. (Sumber: RTE)

Minimnya kehadiran dari Asia menunjukkan tantangan yang dihadapi Zelenskyy dalam mengumpulkan dukungan global untuk negaranya dalam perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun dan sering digambarkan sebagai krisis eksistensial bagi Eropa.

Dalam pidatonya, Kishida menekankan betapa pentingnya partisipasi global di KTT tersebut. 

“Mewujudkan perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina akan menjadi simbol dan penting untuk mengarahkan dunia menuju harmoni, bukan perpecahan atau konfrontasi,” katanya.

“Berdasarkan rasa krisis bahwa apa yang terjadi di Ukraina bisa terjadi di Asia Timur besok, Jepang menjatuhkan sanksi ketat pada Rusia dan memberikan dukungan kuat untuk Ukraina,” tambah Kishida.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Straits Times


TERBARU