> >

Ukraina Klaim Berhasil Halau Pasukan Rusia di Vovchansk, Moskow Membantah

Kompas dunia | 16 Mei 2024, 21:05 WIB
Gedung apartemen yang hancur akibat serangan Rusia yang menggunakan bom udara berpemandu di Kherson, Ukraina, Kamis, 15 Mei 2024. (Sumber: AP Photo)

KIEV, KOMPAS.TV - Pejabat militer Ukraina, Kamis (16/5/2024), mengeklaim berhasil menghalau gerak maju pasukan Rusia di Vovchansk di timur laut negara tersebut.

Namun, seorang pejabat senior Rusia mengatakan gerak maju pasukannya di garis depan punya sumber daya yang cukup untuk terus berlanjut.

Upaya Rusia merebut Vovchansk, salah satu kota terbesar di timur laut Kharkiv yang sebelum perang berpenduduk 17.000 orang, "telah digagalkan," kata staf umum Ukraina dalam sebuah laporan.

Klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.

Vovchansk, yang terletak hanya 5 kilometer dari perbatasan Rusia, telah menjadi titik panas pertempuran dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga: Kian Mesra, Vladimir Putin dan Xi Jinping Sepakat Terkait Perang di Ukraina

Rusia meluncurkan serangan ke wilayah Kharkiv akhir pekan lalu, yang secara signifikan menambah tekanan pada pasukan Ukraina yang kalah jumlah dan senjata karena sedang menunggu pengiriman senjata dan amunisi penting dari mitra-mitra Barat-nya.

Rusia juga menguji pertahanan di titik-titik lain sepanjang garis depan sepanjang sekitar 1.000 kilometer yang membentang dari utara ke selatan melalui Ukraina timur.

Garis ini hampir tidak berubah selama 18 bulan terakhir dalam apa yang menjadi perang hancur-hancuran.

Serangan Rusia baru-baru ini terjadi di Donetsk di bagian timur, serta wilayah Chernihiv dan Sumy di utara dan Zaporizhzhia di selatan.

Tampaknya bertujuan untuk meregangkan sumber daya Ukraina yang sudah terbatas dan mengeksploitasi kelemahan yang terpantau.

Baca Juga: Pasukan Ukraina Terdesak Serangan Rusia di Kharkiv, Zelenskyy Batalkan Kunjungan ke Luar Negeri

Seorang polisi berjalan di depan rumah yang terbakar akibat serangan udara Rusia di Vovchansk, Ukraina, Sabtu, 11 Mei 2024. (Sumber: AP Photo)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertemu dengan komandan militernya di Kharkiv pada Kamis dan mengatakan wilayah tersebut "secara umum terkendali."

Namun, Zelenskyy mengakui di media sosial bahwa situasinya "sangat sulit", dan mengatakan Ukraina kembali memperkuat unit-unitnya di Kharkiv.

"Kami jelas melihat bagaimana penjajah mencoba mengalihkan kekuatan kami dan membuat kerja tempur kami kurang terkonsentrasi," kata Zelenskyy dalam video pidato malamnya pada Rabu (15/5/2024).

Associated Press melaporkan, pihak berwenang Ukraina mengevakuasi sekitar 8.000 warga sipil dari Vovchansk.

Baca Juga: Putin Kunjungi China, Bakal Bahas Konflik Ukraina dan Kerja Sama Strategis dengan Xi Jinping

Taktik biasa tentara Rusia adalah menghancurkan kota dan desa dengan serangan udara sebelum unitnya masuk.

Mantan Menteri Pertahanan Rusia yang kini menjadi Kepala Dewan Keamanan Presiden Sergei Shoigu, menegaskan pasukan Rusia mendorong serangan di banyak arah dan "berjalan cukup baik."

"Saya berharap kami akan terus maju. Kami memiliki cadangan tertentu untuk tujuan ini, dalam hal personel, peralatan, dan amunisi," katanya dalam pernyataan yang disiarkan televisi.

Institut Studi Perang, sebuah wadah pemikir yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, menghitung bahwa pasukan Rusia yang menyerang di Kharkiv telah maju tidak lebih dari 8 kilometer dari perbatasan.

Baca Juga: Putin Kembali Tegaskan Rusia Siap Negosiasi Damai dengan Ukraina

Petugas medis militer Ukraina dari Brigade ke-47 memindahkan seorang rekan mereka yang terluka ke tandu di rumah sakit lapangan di Avdiivka, wilayah Donetsk, Ukraina, Jumat, 10 Mei 2024. (Sumber: AP Photo)

Mereka memperkirakan tujuan utama Moskow di Kharkiv adalah menciptakan "zona penyangga" yang akan mencegah serangan lintas batas Ukraina dari wilayah Belgorod yang berbatasan dengan Rusia.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dalam kunjungan dua harinya ke Kiev minggu ini, berusaha meyakinkan Ukraina tentang dukungan AS yang terus berlanjut.

Dia mengumumkan kesepakatan senjata senilai USD2 miliar, yang sebagian besar uangnya berasal dari paket yang disetujui bulan lalu.

Pejabat Ukraina mengatakan kebutuhan mereka mendesak, dan mitra Barat berjanji untuk mempercepat pengiriman senjata dan amunisi.

Baca Juga: Gaduh Perombakan Kementerian Pertahanan Rusia yang Terjadi saat Perang Ukraina di Titik Genting

Ketua Komite Militer NATO Rob Bauer, Kamis, mendesak para perwira senior dari aliansi 32 negara untuk mengirim lebih banyak senjata dan amunisi ke Ukraina, bahkan jika itu berarti mengabaikan pedoman stok senjata.

"Jika dihadapkan pada pilihan antara memenuhi target kemampuan NATO atau mendukung Ukraina, Anda harus mendukung Ukraina," katanya dalam pertemuan petinggi pertahanan di Brussel.

"Stok bisa dan akan diisi ulang. Nyawa yang hilang akan hilang selamanya."

Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin berusaha memperkuat hubungan dengan China lewat kunjungan resmi ke Beijing.

China telah mendukung Rusia secara diplomatik atas invasinya ke Ukraina dan kini menjadi pasar ekspor penting untuk minyak dan gas Rusia.

Rusia juga beralih ke China untuk produk-produk teknologi tinggi.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU