Israel Tolak Gencatan Senjata, Pakar: Netanyahu Butuh Perang untuk Tetap Berkuasa
Kompas dunia | 8 Mei 2024, 15:30 WIBPakar Israel-Palestina di lembaga European Council for Foreign Relations (ECFR), Hugh Lovatt, menyebut kabinet Netanyahu terancam kehilangan dukungan masyarakat Israel jika berdamai dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Pemerintah Israel pun disebutnya berupaya memenangi dukungan publik dengan menginvasi Rafah.
"Kelihatannya terlalu sulit bagi pemerintah Israel untuk menerima proposal yang dipandang (oleh publik Israel) menguntungkan Hamas," kata Lovatt.
"Dengan memasuki Rafah, Israel dapat dipandang telah menyatakan, kami telah menguasai koridor, kami telah mencabut infrastruktur teroris dan kita sekarang bisa menyepakati gencatan senjata."
Pemerintah Israel sendiri beralasan proposal gencatan senjata yang disepakati Hamas berbeda dari proposal-proposal sebelumnya.
Namun, kalangan analis menilai Israel tidak menghendaki gencatan senjata permanen, bahkan jika Hamas membebaskan para tawanan.
"Beberapa hari belakangan telah membuktikan bahwa Israel tidak berunding dengan niat baik. Pada saat Hamas mencapai kesepakatan, Israel menghancurkannya dengan memulai serangan ke Rafah," kata pakar Israel-Palestina di lembaga Middle East Council for Global Affairs, Omar Rahman.
"Tujuan mereka adalah menghancurkan Gaza secara total."
Menurut data terkini Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Israel telah membunuh lebih dari 34.789 orang di Jalur Gaza, lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 78.204 orang juga terluka di Jalur Gaza. Sedangkan 8.000 orang lebih dinyatakan hilang, diduga tertimbun reruntuhan.
Korban jiwa berkemungkinan besar akan terus bertambah seiring agresi Israel yang masih berlangsung.
Baca Juga: Hamas Kecam Serangan Israel ke Rafah: Rakyat Palestina di Gaza Jadi Sasaran Perang Pemusnahan
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Al Jazeera