Israel Tolak Gencatan Senjata, Pakar: Netanyahu Butuh Perang untuk Tetap Berkuasa
Kompas dunia | 8 Mei 2024, 15:30 WIB
GAZA, KOMPAS.TV - Pemerintah Israel telah menolak proposal gencatan senjata yang diusulkan Mesir dan Qatar dan disepakati Hamas.
Kalangan pakar menilai langkah tersebut membuktikan Israel tidak menginginkan gencatan senjata dan menghendaki berlanjutnya operasi militer di Jalur Gaza.
Militer Israel meluncurkan serangan darat ke sisi timur Rafah di selatan Jalur Gaza, saat Hamas mengumumkan menyepakati gencatan senjata pada awal pekan ini.
Pasukan Israel pun menutup titik penyeberangan Rafah-Mesir dan menaruh unit tank sekitar 200 meter dari perbatasan.
Pakar Israel-Palestina di lembaga Middle East Institute, Khaled Elgindy, menilai pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu butuh perang untuk tetap berkuasa.
Menurutnya, penerimaan Hamas atas proposal gencatan senjata membuat PM Israel itu dalam posisi canggung.
"Netanyahu butuh perang ini berlanjut dan diperluas agar dia tetap berkuasa. Secara pribadi, dia tidak punya insentif apa pun," kata Elgindy, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (7/5/2024).
Baca Juga: Israel Gempur Rafah yang Dipadati 1,5 Juta Penduduk, MSF: Bisa Berubah Jadi Kuburan
Apabila Netanyahu menyepakati gencatan senjata untuk pembebasan tawanan, koalisi ekstrem kanan yang mendukungnya disebut terancam bubar.
Karier politik Netanyahu pun berpeluang di ujung tanduk tanpa sokongan koalisi.
Dua tokoh penting di kabinet Netanyahu, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dilaporkan berulang kali mengancam keluar dari koalisi jika Netanyahu menyepakati gencatan senjata.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Al Jazeera