Hamas Percaya Diri untuk Negosiasi Gencatan Senjata, Pembicaraan Kembali Dilakukan di Kairo
Kompas dunia | 5 Mei 2024, 10:01 WIBKAIRO, KOMPAS.TV - Hamas merasa percaya diri untuk negosiasi gencatan senjata, dan delegasinya ke Mesir guna mengikuti dalam pembicaraan di Kairo.
Pembicaraan mengenai negosiasi gencatan senjata antara Hamas-Israel kembali dilakukan di Kairo, Sabtu (4/5/2024).
Upaya untuk memastikan kesepakatan gencatan senjata di Gaza, dan pembebasan sandera memang terus diupayakan.
Baca Juga: Israel Ngotot Serbu Rafah, WHO Ingatkan Dampak Mengerikan yang Bisa Terjadi
Pihak Hamas mengungkapkan, delegasinya telah melakukan perjalanan ke Kairo dengan semangat positif usai mempelajari proposal kesepakatan yang baru.
“Kami berupaya mengamankan kesepakatan dengan cara yang memenuhi permintaan Palestina,” demikian bunyi pernyataan kelompok perlawanan Palestina itu dikutip dari BBC.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken mengatakan, tak akan sulit bagi Hamas untuk melakukan gencatan senjata.
Negosiator Hamas telah kembali ke Kairo untuk melakukan pembicaraan jangka panjang, yang ditengahi Mesir dan Qatar.
Hal itu untuk menghentikan sementara serangan Israel di Gaza dengan imbalan membebaskan sandera.
Pada pernyataannya, Hamas mengatakan, pihaknya ingin mematangkan kesepakatan yang ada, menunjukkan ada beberapa hal yang masih tak disetujui oleh kedua belah pihak.
Tampaknya permasalahan utama adalah apakah kesepakatan gencatan senjata itu akan bersifat permanen atau sementara.
Hamas bersikeras bahwa setiap kesepakatan memberikan komitmen khusus untuk mengakhiri perang.
Namun, Israel enggan menyetujuinya selama kelompok perlawanan itu masih aktif di Gaza.
Baca Juga: Rencana Serangan Korea Utara Terungkap, Tetangga Indonesia Jadi Sasaran Kim Jong-Un
Diperkirakan yang akan dibahas adalah jeda 40 hari dalam pertempuran dan pembebasan sandera Israel, serta pembebasan sejumlah tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Meski begitu, kesepakatan diyakini tak akan berpengaruh terhadap upaya serangan Israel ke Rafah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali mengatakan, operasi militer ke Rafah tetap akan dilakukan, meski kesepakatan tercapai.
Penulis : Haryo Jati Editor : Deni-Muliya
Sumber : BBC