> >

Prancis Akan Kirim Ratusan Kendaraan Lapis Baja VAB Bekas ke Ukraina

Kompas dunia | 1 April 2024, 08:38 WIB
Kendaraan lapis baja pengangkut personel Prancis, VAB (barisan depan dari kiri), ditampilkan dalam parade Hari Bastille di Paris, 14 Juli 2013. Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu mengatakan Prancis akan mengirim ratusan kendaraan lapis baja pada awal tahun depan ke Ukraina. (Sumber: AP Photo/Francois Mori)

 

PARIS, KOMPAS.TV - Menteri Pertahanan Prancis Sébastien Lecornu mengatakan pemerintahannya akan mengirim "ratusan" kendaraan lapis baja VAB mulai awal tahun depan ke Ukraina sebagai bagian dari paket bantuan militer baru untuk negara yang memasuki tahun ketiga perang dengan Rusia.

Dalam wawancara dengan surat kabar Prancis, La Tribune, edisi Minggu (31/3/2024), Lecornu mengatakan "untuk bertempur di garis depan yang luas seperti itu, tentara Ukraina membutuhkan, misalnya, pengangkut personel lapis baja kami. Ini sangat penting untuk mobilitas pasukan."

Militer Prancis saat ini sedang mengganti kendaraan pengangkut personel lapis bajanya yang lama, yang telah beroperasi sejak tahun 1979, dengan generasi baru.

"Peralatan lama ini, meskipun masih beroperasi, langsung dikirim ke Ukraina dalam jumlah besar. Kami berbicara tentang ratusan (kendaraan) pada tahun 2024 dan awal 2025," kata Lecornu.

Dia juga mengatakan Prancis akan menyediakan lebih banyak rudal anti-pesawat untuk Ukraina.

Langkah tersebut diumumkan bersamaan dengan upaya pemerintah Prancis mendorong industri militer mereka untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan mendesak Kiev akan amunisi.

Pada Selasa (26/3/2024) lalu, Lecornu mengatakan Prancis akan segera dapat mengirimkan 78 meriam Caesar ke Ukraina dan akan meningkatkan pasokan peluru.

Lecornu mengatakan kesepakatan telah dicapai antara Prancis, Ukraina, dan Denmark untuk membiayai meriam Caesar 155 mm, yang akan memungkinkan Prancis untuk "mengirimkan dengan cepat".

Dia menambahkan, Prancis juga akan mengirimkan 80.000 peluru untuk meriam 155 mm ke Ukraina tahun ini, meningkat dari 30.000 yang dikirim sejak awal perang pada 24 Februari 2022.

Baca Juga: Prancis-Rusia Terancam Perang, Kekuatan Militer Negara Macron Jadi Sorotan

Tentara Prancis menembakkan howitzer CAESAR buatan Prancis dalam latihan militer Badai Musim Semi 2023 di dekat Tapa, Estonia, 25 Mei 2023. (Sumber: AP Photo)

Selain itu, Lecornu mengatakan Prancis berpartisipasi dalam upaya untuk mengidentifikasi stok bubuk mesiu dan amunisi yang tersedia yang dapat dibeli dari negara-negara di luar Uni Eropa, rencana yang dimulai oleh Republik Ceko untuk mendukung Kiev.

Dalam rencana itu, Ceko berusaha mendapatkan 800.000 peluru artileri untuk Ukraina. Pemimpin Ceko sebelumnya mengatakan peluru pertama harus dikirim ke Ukraina paling lambat Juni. Setidaknya 18 negara telah bergabung dalam inisiatif ini, menurut pejabat di Praha.

Bulan ini, Jerman, Prancis, dan Polandia berjanji untuk memperoleh lebih banyak senjata untuk Kiev dan meningkatkan produksi peralatan militer.

Mereka mengatakan Ukraina dapat mengandalkan trio kekuatan Eropa tersebut saat mencoba mengatasi kekurangan sumber daya militer.

Baca Juga: Zelenskyy Akui Ukraina Diunjung Tanduk, Terpaksa Menyerah Jika Bantuan Militer AS Tak Tiba

Lecornu berargumen negara-negara Eropa harus mengurangi ketergantungannya pada Amerika Serikat dalam memastikan keamanan wilayahnya.

Dia memperkirakan masalah tersebut akan menjadi topik kampanye sebelum pemilihan Parlemen Eropa pada Juni.

"Kita tahu bahwa sebagian dari agenda keamanan Eropa mulai sekarang harus berada di tangan orang Eropa," kata Lecornu.

"Itu adalah kebutuhan mutlak."

"Bagi saya ... tidaklah benar bahwa pembayar pajak AS harus membayar begitu banyak untuk keamanan orang Eropa," katanya.

Komentar Lecornu muncul ketika banyak orang di Eropa telah mengungkapkan keprihatinan mereka tentang kemungkinan Donald Trump akan kembali ke Gedung Putih.

Trump dipandang akan melemahkan aliansi NATO, setelah komentarnya yang mengancam tidak akan datang membela sekutu Amerika Serikat jika terjadi serangan oleh Rusia.

Bahkan jika Presiden Joe Biden tetap menjabat, pemimpin Uni Eropa tetap khawatir fokus Amerika Serikat akan bergeser ke Asia di mana China dinilai semakin agresif dan akan semakin meninggalkan Eropa untuk menjaga keamanannya sendiri.

Upaya Amerika Serikat untuk mendapatkan dana baru untuk mempersenjatai Ukraina, telah gagal di Kongres.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU