Kapal Kargo Inggris yang Diserang Kelompok Houthi di Laut Merah Dipastikan Tenggelam
Kompas dunia | 3 Maret 2024, 07:01 WIBDUBAI, KOMPAS.TV - Kapal kargo Inggris bernama Rubymar yang diserang kelompok Houthi Yaman akhirnya tenggelam di Laut Merah setelah beberapa hari tergenang air, Sabtu (2/3/2024). Ini kapal pertama yang sepenuhnya hancur sebagai hasil dari serangan kelompok Houthi terkait perang Israel melawan Hamas di Gaza.
Kejadian tenggelamnya Rubymar ini terjadi saat jalur pelayaran penting untuk pengiriman kargo dan energi dari Asia dan Timur Tengah ke Eropa terganggu oleh serangan yang dilancarkan oleh kelompok Houthi.
Banyak kapal memilih untuk menghindari rute tersebut. Tenggelamnya Rubymar ini diperkirakan akan membuat kapal-kapal lain harus mencari jalur alternatif dan membayar tarif asuransi yang lebih tinggi, bisa meningkatkan inflasi global dan mempengaruhi pengiriman bantuan ke wilayah tersebut.
Adapun Rubymar kapal berbendera Belize, mengalami serangan rudal anti-kapal Houthi pada 18 Februari lalu di Selat Bab el-Mandeb. Selat ini merupakan jalur air penting yang menghubungkan Laut Merah dan Teluk Aden.
Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, serta pejabat militer regional, telah mengonfirmasi tenggelamnya kapal ini. Namun, pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonimitas karena tidak diizinkan untuk berbicara kepada jurnalis tentang insiden tersebut.
Pusat Operasi Perdagangan Maritim Inggris, yang memantau jalur air di Timur Tengah, juga mengakui tenggelamnya Rubymar pada Sabtu sore kemarin.
Pengelola Rubymar yang berbasis di Beirut belum dapat dihubungi untuk memberikan komentar.
Sementara itu Pemerintah Yaman yang diasingkan, yang didukung oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi sejak 2015, menyatakan Rubymar tenggelam pada Jumat (1/3) malam karena cuaca buruk di Laut Merah. Kapal tersebut telah ditinggalkan selama 12 hari setelah diserang, meskipun telah direncanakan untuk mencoba menariknya ke pelabuhan yang aman.
Kelompok Houthi, yang didukung oleh Iran, sempat mengklaim kapal tersebut tenggelam hampir seketika setelah diserang, namun tidak segera mengakui tenggelamnya kapal.
Baca Juga: Serangan Houthi Terhadap Suplai Energi Eropa Bikin Ketar-Ketir Barat, Ini Bencana yang Mengintai
Sedangkan Pusat Komando Sentral militer Amerika Serikat (AS) sebelumnya memperingatkan bahwa kargo kapal adalah pupuk, serta bocornya bahan bakar dari kapal, dapat menyebabkan kerusakan ekologis di Laut Merah.
Perdana Menteri pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, Ahmed Awad Bin Mubarak, menyebut tenggelamnya kapal sebagai bencana lingkungan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Ini adalah bencana baru bagi negara dan rakyat kami. Setiap hari, kami membayar petualangan milisi Houthi, yang tidak berhenti tenggelamkan Yaman dalam bencana kudeta dan perang." kata dia di media sosial.
Kelompok Houthi menguasai ibu kota Yaman, Sanaa, sejak 2014, mengusir pemerintah. Mereka berperang melawan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi sejak 2015 dalam perang yang masih berkecamuk.
Kerusakan Rubymar
Foto satelit yang dianalisis oleh Associated Press dari Planet Labs PBC menunjukkan kapal-kapal kecil di sekitar Rubymar pada Rabu (28/2) lalu. Namun, tidak jelas kapal siapa yang berada di sana. Gambar tersebut menunjukkan buritan Rubymar tenggelam ke Laut Merah namun masih mengapung, mencerminkan video sebelumnya yang diambil dari kapal tersebut.
Perusahaan keamanan swasta Ambrey melaporkan adanya insiden misterius yang melibatkan Rubymar. Namun, tidak ada pihak yang terlibat dalam perang di Yaman yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Foto satelit yang diambil pada Jumat dari Maxar Technologies menunjukkan kerusakan ledakan baru pada Rubymar yang sebelumnya tidak terlihat, tanpa kapal lain di sekitarnya.
Sejak November 2023 lalu, kelompok Houthi telah beberapa kali menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan perairan sekitarnya sebagai bagian dari konflik Israel-Hamas.
Meskipun telah ada serangan udara yang dipimpin oleh AS selama lebih dari sebulan, kelompok Houthi tetap mampu melancarkan serangan yang signifikan.
Namun, serangan dalam beberapa hari terakhir ini mengalami penurunan, meskipun alasan untuk hal tersebut masih belum jelas.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press / Anadolu