> >

Duduk Perkara Ribuan Dokter Muda Korea Selatan Mogok Kerja

Kompas dunia | 28 Februari 2024, 13:41 WIB
Massa dokter muda berdemonstrasi menentang rencana pemerintah menambah kuota mahasiswa kedokteran di depan kantor kepresidenan Korea Selatan di Seoul, 25 Februari 2024. (Sumber: Ahn Young-joon/Associated Press)

Tanpa rencana untuk memeratakan kesejahteraan, Ahn menyebut pemerintah hanya akan menambah jumlah dokter kulit baru.

"2.000 rumah sakit dermatologi baru akan didirikan di Seoul dalam waktu 10 tahun," katanya, dikutip Associated Press.

Kurang Didukung Publik

Mogok massal dokter muda Korea Selatan sejauh ini kurang mendapatkan dukungan publik. Sebuah survei terbaru menunjukkan 80 persen responden mendukung program penambahan dokter pemerintah.

Aksi mogok dokter muda pun membuat banyak rumah sakit membatalkan operasi dan tindakan medis lain.

Pada Jumat (23/2) lalu, seorang lansia dilaporkan tewas karena henti jantung usai ditolak tujuh rumah sakit yang kekurangan tenaga medis.

Di sejumlah rumah sakit Korea Selatan, sebanyak 30-40 persen posisi dokter diisi oleh dokter muda.

Sistem kesehatan Korea Selatan pun diperkirakan terganggu jika para dokter muda memperpanjang aksi mogok atau dokter senior ikut mogok.

Sejauh ini, Asosiasi Dokter Korea Selatan (KMA), beranggotakan sekitar 140.000 dokter, menyatakan mendukung aksi mogok dokter muda. Namun, organisasi profesi itu belum memutuskan apakah akan ikut dalam aksi mogok.

Pemerintah pun meminta para dokter muda berhenti mogok kerja dan kembali ke rumah sakit. Pada Senin (26/2), Wakil Menteri Kesehatn Korea Selatan Park Min-soo menyatakan dokter yang kembali bekerja sebelum Kamis (29/2), akan diampuni.

Akan tetapi, dokter muda yang melanjutkan mogok diancam akan dihukum penangguhan izin praktik tiga bulan dan diancam diseret ke proses pidana. Namun, ancaman ini diperkirakan tidak akan memengaruhi aksi mogok dokter muda.

Dokter merupakan salah satu profesi dengan upah tertinggi di Korea Selatan. Hal tersebut disinyalir turut memengaruhi opini publik terhadap aksi mogok dokter.

"Bagaimana jika ibumu harus disuntik atau mati? Kelihatannya para dokter itu tidak pernah mencoba memahami kondisi orang lain, sekadar emosional," kata Kim Myung-ae, seorang pasien kanker berusia 57 tahun.

"Mereka tidak peduli dengan pasien, tetapi hanya manfaat yang bisa mereka dapatkan sebagai dokter di negara ini," lanjutnya.

Baca Juga: Korea Utara Pecah dengan Sekutu Dekatnya karena Bangun Hubungan Diplomatik dengan Korea Selatan

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU