> >

Netanyahu Tetap Ngegas, Kesepakatan Gencatan Senjata dan Pertukaran Tahanan Hanya Tunda Serbuan

Kompas dunia | 26 Februari 2024, 07:59 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan operasi militer di kota Rafah, selatan Gaza, hanya akan "sedikit tertunda" jika tercapai kesepakatan gencatan senjata selama beberapa minggu antara Israel dan Hamas. (Sumber: AP Photo/Maya Alleruzzo)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan operasi militer di kota Rafah, selatan Gaza, hanya akan "sedikit tertunda" jika tercapai kesepakatan gencatan senjata selama beberapa minggu antara Israel dan Hamas.

Dalam pernyataan yang disampaikan pada Minggu (25/2/2024) itu, dia mengeklaim kemenangan penuh di Gaza bisa dicapai dalam beberapa minggu setelah operasi dimulai.

Netanyahu mengonfirmasi kepada stasiun televisi Amerika Serikat (AS), CBS, bahwa kesepakatan sedang dirancang, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Pembicaraan mengenai kesepakatan gencatan senjata dilanjutkan di Qatar pada Minggu, seperti dilaporkan oleh Al Qahera, televisi pemerintah Mesir.

Pejabat Mesir menyatakan pembicaraan akan berlanjut di Kairo dengan tujuan mencapai gencatan senjata dan pembebasan puluhan tahanan Israel di Gaza serta ribuan tahanan Palestina di Israel.

Netanyahu menyatakan kabinetnya akan menggelar pertemuan minggu ini untuk menyetujui rencana operasional, termasuk pemindahan paksa warga sipil ke wilayah lain di Gaza.

“Setelah kami mulai operasi di Rafah, fase pertempuran yang intens hanya beberapa minggu lagi dari selesai. Bukan berbulan-bulan," ungkap Netanyahu kepada CBS, menegaskan jika kesepakatan tidak tercapai, operasi tetap akan dilakukan.

Netanyahu mengeklaim empat dari enam batalion Hamas yang tersisa, berkumpul di Rafah.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan kepada NBC bahwa Presiden Joe Biden belum diberi informasi mengenai rencana serangan ke Rafah.

“Kami meyakini operasi ini tidak boleh dilanjutkan kecuali ada rencana untuk melindungi warga sipil,” ujarnya.

Baca Juga: Militer Hamas Ungkap Bunuh Perwira Israel di Gaza, Klaim Kehebatan Sniper Brigade Al-Qassam

Foto arsip. Para anggota Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, membawa bendera nasional dan berjalan di sepanjang jalan di kamp pengungsi Nusseirat di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang diblokade Israel sejak 2007, Jumat, 28 Mei 2021. (Sumber: AP Photo/Adel Hana)

 

Di bagian utara Gaza, wilayah yang pertama kali diserang Israel, pertempuran sengit terus berlanjut dan mengakibatkan kehancuran yang luar biasa.

“Kami terjebak, tidak dapat bergerak karena serangan yang sangat hebat,” ungkap Ayman Abu Awad, warga Kota Gaza.

Ia menyatakan warga kelaparan terpaksa makan pakan ternak dan mencari makanan di gedung-gedung yang hancur.

Di Jabaliya yang berada dekat Kota Gaza, seorang pedagang di pasar bernama Um Ayad menunjukkan gulma hijau yang biasa dikonsumsi oleh warga.

“Kami harus memberi makan anak-anak. Mereka terus berteriak minta makanan. Kami tidak bisa menemukan makanan. Kami tidak tahu harus berbuat apa,” katanya.

Philippe Lazzarini, komisioner jenderal badan PBB untuk Palestina (UNRWA), menyatakan pihaknya belum dapat mengirimkan makanan ke utara Gaza sejak 23 Januari.

Ia menambahkan di platform media sosial bahwa “seruan kami untuk pengiriman bantuan makanan telah ditolak Israel.”

Dampak perang yang menghancurkan sektor kesehatan Gaza terasa di Rumah Sakit Emirates di Rafah. Dalam satu inkubator yang seharusnya hanya untuk satu bayi, kini ditempatkan tiga hingga empat bayi baru lahir.

Dr. Amal Ismail mengungkapkan dua hingga tiga bayi baru lahir meninggal setiap sif, terutama karena banyak keluarga tinggal di tenda-tenda di tengah cuaca yang buruk.

Sebelum perang, tingkat kematian bayi baru lahir di inkubator hanya satu atau dua per bulan.

“Tidak peduli seberapa keras kami berusaha, semuanya sia-sia,” ujar Ismail.

“Kondisi kesehatan di tenda sangat buruk.”

Baca Juga: Retno Marsudi Harap ICJ Bisa Hentikan Konflik Israel-Palestina: Pengadilan adalah Penjaga Keadilan

Seorang pria Palestina memeluk jenazah anaknya yang tewas karena serangan Israel di sebuah ruang jenazah di Rafah, Jalur Gaza, Rabu, 21 Februari 2024. (Sumber: AP Photo/Hatem Ali)

Detail Kesepakatan Gencatan Senjata

Seorang pejabat senior Mesir yang bersama dengan pejabat Qatar bertindak sebagai mediator antara Israel dan Hamas, mengungkapkan bahwa draf kesepakatan gencatan senjata mencakup pembebasan hingga 40 perempuan dan tahanan lansia Israel sebagai imbalan atas pembebasan hingga 300 tahanan Palestina, terutama perempuan, anak-anak, dan orang tua.

Pejabat yang berbicara dengan syarat anonimitas itu mengatakan jeda pertempuran selama enam minggu akan mencakup izin bagi ratusan truk membawa bantuan ke Gaza setiap hari, termasuk di utara.

Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan negosiasi selama jeda untuk pembebasan lebih lanjut dan gencatan senjata permanen.

Negosiator memiliki batas waktu tidak resmi sebelum awal bulan suci Ramadan yang dimulai pada sekitar 10 Maret. Pada periode ini, Israel sering kali membuat kebijakan yang memicu ketegangan dengan Palestina.

Hamas menyatakan tidak terlibat dalam proposal terbaru yang dikembangkan oleh AS, Mesir, dan Qatar. Meski demikian, kerangka kesepakatan ini sebagian besar sesuai dengan usulan Hamas untuk fase pertama gencatan senjata.

Hamas menegaskan mereka tidak akan melepaskan semua tahanan yang tersisa sampai Israel menghentikan serangannya dan menarik pasukannya dari Jalur Gaza.

Selain itu, Hamas menuntut pembebasan ratusan tahanan Palestina, termasuk pemimpin senior mereka. Netanyahu menolak syarat-syarat tersebut.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Minggu, menjelaskan kesepakatan gencatan senjata untuk Gaza tidak akan memengaruhi bentrokan harian militer dengan kelompok militan Lebanon, sekutu Hamas.

“Kami akan terus menembak dan melakukannya secara independen dari selatan," katanya saat mengunjungi Komando Utara.

Operasi udara dan darat Israel telah memaksa sekitar 80 persen penduduk Gaza mengungsi, menyebabkan ratusan ribu orang terancam kelaparan dan penyebaran penyakit.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan 29.692 orang telah tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober, dua pertiga merupakan perempuan dan anak-anak.

Sementara Israel mengeklaim serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan 1.200 orang.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU