> >

Netanyahu Tetap Ngegas, Kesepakatan Gencatan Senjata dan Pertukaran Tahanan Hanya Tunda Serbuan

Kompas dunia | 26 Februari 2024, 07:59 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan operasi militer di kota Rafah, selatan Gaza, hanya akan "sedikit tertunda" jika tercapai kesepakatan gencatan senjata selama beberapa minggu antara Israel dan Hamas. (Sumber: AP Photo/Maya Alleruzzo)

Dampak perang yang menghancurkan sektor kesehatan Gaza terasa di Rumah Sakit Emirates di Rafah. Dalam satu inkubator yang seharusnya hanya untuk satu bayi, kini ditempatkan tiga hingga empat bayi baru lahir.

Dr. Amal Ismail mengungkapkan dua hingga tiga bayi baru lahir meninggal setiap sif, terutama karena banyak keluarga tinggal di tenda-tenda di tengah cuaca yang buruk.

Sebelum perang, tingkat kematian bayi baru lahir di inkubator hanya satu atau dua per bulan.

“Tidak peduli seberapa keras kami berusaha, semuanya sia-sia,” ujar Ismail.

“Kondisi kesehatan di tenda sangat buruk.”

Baca Juga: Retno Marsudi Harap ICJ Bisa Hentikan Konflik Israel-Palestina: Pengadilan adalah Penjaga Keadilan

Seorang pria Palestina memeluk jenazah anaknya yang tewas karena serangan Israel di sebuah ruang jenazah di Rafah, Jalur Gaza, Rabu, 21 Februari 2024. (Sumber: AP Photo/Hatem Ali)

Detail Kesepakatan Gencatan Senjata

Seorang pejabat senior Mesir yang bersama dengan pejabat Qatar bertindak sebagai mediator antara Israel dan Hamas, mengungkapkan bahwa draf kesepakatan gencatan senjata mencakup pembebasan hingga 40 perempuan dan tahanan lansia Israel sebagai imbalan atas pembebasan hingga 300 tahanan Palestina, terutama perempuan, anak-anak, dan orang tua.

Pejabat yang berbicara dengan syarat anonimitas itu mengatakan jeda pertempuran selama enam minggu akan mencakup izin bagi ratusan truk membawa bantuan ke Gaza setiap hari, termasuk di utara.

Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan negosiasi selama jeda untuk pembebasan lebih lanjut dan gencatan senjata permanen.

Negosiator memiliki batas waktu tidak resmi sebelum awal bulan suci Ramadan yang dimulai pada sekitar 10 Maret. Pada periode ini, Israel sering kali membuat kebijakan yang memicu ketegangan dengan Palestina.

Hamas menyatakan tidak terlibat dalam proposal terbaru yang dikembangkan oleh AS, Mesir, dan Qatar. Meski demikian, kerangka kesepakatan ini sebagian besar sesuai dengan usulan Hamas untuk fase pertama gencatan senjata.

Hamas menegaskan mereka tidak akan melepaskan semua tahanan yang tersisa sampai Israel menghentikan serangannya dan menarik pasukannya dari Jalur Gaza.

Selain itu, Hamas menuntut pembebasan ratusan tahanan Palestina, termasuk pemimpin senior mereka. Netanyahu menolak syarat-syarat tersebut.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Minggu, menjelaskan kesepakatan gencatan senjata untuk Gaza tidak akan memengaruhi bentrokan harian militer dengan kelompok militan Lebanon, sekutu Hamas.

“Kami akan terus menembak dan melakukannya secara independen dari selatan," katanya saat mengunjungi Komando Utara.

Operasi udara dan darat Israel telah memaksa sekitar 80 persen penduduk Gaza mengungsi, menyebabkan ratusan ribu orang terancam kelaparan dan penyebaran penyakit.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan 29.692 orang telah tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober, dua pertiga merupakan perempuan dan anak-anak.

Sementara Israel mengeklaim serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan 1.200 orang.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU