> >

Keukeuh, Israel Terus Bikin Perencanaan untuk Serangan Militer di Rafah

Kompas dunia | 17 Februari 2024, 11:53 WIB
Menhan Israel Yoav Gallant hari Jumat (16/2/2024), menyatakan Israel sedang merencanakan secara menyeluruh serangan militer di kota Rafah di selatan Gaza, menunjukkan tekad untuk melanjutkan meskipun adanya keprihatinan internasional yang meningkat terkait keselamatan ratusan ribu warga Palestina. (Sumber: Times of Israel)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Menhan Israel Yoav Gallant hari Jumat (16/2/2024), menyatakan Israel sedang "merencanakan secara menyeluruh" serangan militer di kota Rafah di selatan Gaza, menunjukkan tekad untuk melanjutkan meskipun adanya keprihatinan internasional yang meningkat terkait keselamatan ratusan ribu warga Palestina yang mencari perlindungan di sana.

Presiden AS Joe Biden telah mendesak Israel tidak melaksanakan operasi tanpa "rencana yang kredibel" untuk melindungi warga sipil dan gencatan senjata, sementara Mesir menyatakan operasi tersebut dapat mengancam hubungan diplomatik antara kedua negara. Banyak pemimpin dunia lainnya juga mengeluarkan pesan kekhawatiran serupa.

Sebanyak 1,4 juta warga Palestina, lebih dari setengah populasi Gaza, hidup berdesakan di Rafah, sebagian besar dari mereka terusir akibat pertempuran di wilayah lain. Ratusan ribu orang tinggal di perkemahan tenda yang luas.

Berbicara kepada wartawan pada Jumat, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel telah menimbulkan kerugian besar pada Hamas selama perang yang kini memasuki bulan kelima dan Rafah adalah "pusat gravitasi berikutnya" yang akan diincar oleh Israel, seperti laporan Associated Press, Sabtu, (17/2/2024).

"Kami secara menyeluruh merencanakan operasi di Rafah, yang merupakan benteng utama Hamas," ujarnya. Dia menolak untuk menyebutkan kapan operasi tersebut mungkin dimulai, meskipun Israel sebelumnya telah menyatakan akan mengembangkan rencana untuk mengungsikan warga sipil.

Warga Palestina dan lembaga bantuan internasional mengatakan tidak ada tempat yang aman untuk pergi, dengan Israel juga melakukan serangan di daerah tempat mereka meminta warga sipil untuk mencari perlindungan, termasuk di Rafah.

Militer Israel memulai perang ini sebagai respons terhadap serangan Hamas melintasi perbatasan pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera 250 lainnya.

Serangan udara dan darat telah menewaskan lebih dari 28.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan yang dikelola Hamas, menyebabkan kerusakan meluas, mengungsikan sekitar 85% populasi, dan menciptakan krisis kemanusiaan.

Baca Juga: Netanyahu Larang Perwakilan Israel ke Mesir untuk Negosiasi Pertukaran Sandera dengan Hamas

Menhan Israel Yoav Gallant hari Jumat (16/2/2024), menyatakan Israel sedang merencanakan secara menyeluruh serangan militer di kota Rafah di selatan Gaza, menunjukkan tekad untuk melanjutkan meskipun adanya keprihatinan internasional yang meningkat terkait keselamatan ratusan ribu warga Palestina. (Sumber: Anadolu)

Mesir berulang kali memperingatkan Israel untuk tidak mendorong warga Palestina di Rafah melintasi perbatasan, mengatakan aliran masif tersebut dapat mengakhiri perjanjian perdamaian tahun 1979 antara Israel dan Mesir.

Meskipun beberapa tokoh keras Israel telah menyerukan pengusiran warga Palestina dari Gaza, Gallant mengatakan tidak ada rencana untuk melakukannya.

"Negara Israel tidak berniat mengungsikan warga sipil Palestina ke Mesir," katanya. "Kami menghormati dan menghargai perjanjian perdamaian kami dengan Mesir, yang merupakan batu penopang stabilitas di wilayah ini serta mitra penting."

Namun, foto satelit terbaru menunjukkan Mesir sedang mempersiapkan skenario tersebut. Foto-foto tersebut menunjukkan Mesir membangun tembok dan meratakan tanah di dekat perbatasannya dengan Gaza. Pejabat Mesir tidak memberikan tanggapan atas permintaan komentar.

Serangan Israel telah mencakup bulan-bulan serangan udara serta invasi darat yang secara perlahan bergerak ke selatan melalui sebagian besar Gaza.

Dalam beberapa minggu terakhir, fokusnya telah ditujukan pada Khan Younis, kota terbesar kedua di Gaza dan benteng Hamas. Hari Jumat, pejabat kesehatan Palestina di Khan Younis mengatakan bahwa lima pasien di unit perawatan intensif meninggal setelah oksigen mereka habis akibat serangan pasukan Israel di rumah sakit terbesar di selatan Gaza.

Pasukan Israel telah melakukan penyisiran kompleks Rumah Sakit Nasser, menangkap dugaan militan Hamas dan mencari bukti bahwa jenazah sandera Israel yang diculik oleh Hamas mungkin berada di sana.

Israel mengatakan bahwa mereka tidak menargetkan pasien atau dokter, tetapi staf mengatakan bahwa fasilitas tersebut kesulitan di bawah tembakan berat dan persediaan yang berkurang, termasuk makanan dan air.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU