> >

Tiga Prajurit AS di Yordania Tewas, Terkecoh Drone yang Dikira Sedang Pulang ke Pos Militer

Kompas dunia | 30 Januari 2024, 10:54 WIB
Instalasi militer AS Tower 22 yang diserang drone dan menewaskan 3 tentara AS. Drone yang menewaskan tiga prajurit Amerika dan melukai puluhan lainnya di Yordania ternyata mungkin disalahartikan sebagai drone Amerika Serikat yang kembali pulang kandang ke instalasi militer AS. Dua pejabat AS mengungkapkan informasi ini pada Senin, (29/1/2024). (Sumber: AP Photo)

Kelompok-kelompok ini, termasuk pemberontak Houthi Yaman dan Kataeb Hezbollah berbasis di Irak, mengatakan serangan mereka sebagai respons terhadap operasi militer Israel yang terus berlanjut di Gaza.

"Kami tidak mencari perang dengan Iran," kata Kirby kepada acara "Today" di NBC.

"Saya tidak bisa berbicara untuk pemimpin tertinggi atau apa yang diinginkannya atau tidak dia inginkan. Saya bisa memberi tahu apa yang kami inginkan. Apa yang kami inginkan adalah Timur Tengah yang stabil, aman, dan makmur, dan kami ingin serangan-serangan ini berhenti."

Iran hari Senin membantah keterlibatannya dalam serangan di Yordania.

"Pernyataan ini dibuat dengan tujuan politik khusus untuk memutarbalikkan realitas di wilayah ini," kata kantor berita IRNA yang dikelola negara mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani. Iran secara reguler menyangkal keterlibatan dalam serangan yang dikaitkan dengannya melalui milisi yang dipegangnya di seluruh Timur Tengah yang lebih luas.

Baca Juga: Kelompok Lintas Partai di Kongres AS Tuntut Biden Minta Izin Kongres sebelum Serang Kelompok Houthi

Presiden AS Joe Biden di Carolina Selatan, Minggu, (28/1/2024). Presiden AS Joe Biden mengumumkan  tiga tentara Amerika Serikat tewas dan 34 lainnya terluka hari Minggu (28/1/2024) dalam serangan drone di bagian timur laut Yordania, dekat perbatasan Suriah, namun Yordania membantah dan mengatakan serangan terjadi di Suriah. (Sumber: AP Photo)

Republikan menyalahkan Biden karena melakukan terlalu sedikit untuk menakuti milisi Iran, yang telah melancarkan sekitar 150 serangan terhadap pasukan AS sejak awal perang.

"Respons Biden terhadap serangan-serangan ini acak-acakan, tidak efektif, dan lemah," kata juru bicara Komite Nasional Partai Republik, Jake Schneider, dalam sebuah pernyataan. "Sekarang, lebih banyak warga Amerika Serikat yang kehilangan nyawa karena ketidakmampuan Biden."

Calon presiden partai Republik, Donald Trump, hari Minggu menyebut serangan ini sebagai "konsekuensi lain yang mengerikan dan tragis dari kelemahan Joe Biden."

Serangan ini mengenai sebuah pos militer AS di padang pasir di ujung timur laut Yordania yang dikenal sebagai Tower 22. Instalasi ini terletak dekat zona demiliterisasi di perbatasan antara Yordania dan Suriah, sepanjang sebuah tanah gurun yang diratakan oleh buldoser yang menandai tepi selatan DMZ. Perbatasan Irak hanya berjarak 10 kilometer dari sana.

 

Pangkalan ini awalnya berfungsi sebagai pos pemantau Yordania yang memperhatikan perbatasan, kemudian mengalami peningkatan kehadiran AS setelah pasukan Amerika memasuki Suriah pada akhir 2015.

Instalasi kecil ini melibatkan pasukan teknik, penerbangan, logistik, dan keamanan AS, dengan sekitar 350 personel Angkatan Darat dan Angkatan Udara AS yang ditempatkan di sana.

Pemerintah Irak mengutuk serangan drone ini, sebagai upaya nyata untuk menjauhkan diri dari serangan yang kemungkinan dilakukan oleh milisi yang didukung Iran yang memiliki kehadiran kuat di dalam Irak.

Juru bicara pemerintah Bassem al-Awadi mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa Irak "mengawasi dengan keprihatinan besar perkembangan keamanan yang mengkhawatirkan di wilayah tersebut" dan mendesak untuk "mengakhiri siklus kekerasan." Pernyataan itu mengatakan bahwa Irak siap berpartisipasi dalam upaya diplomatis untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU