Tiga Prajurit AS di Yordania Tewas, Terkecoh Drone yang Dikira Sedang Pulang ke Pos Militer
Kompas dunia | 30 Januari 2024, 10:54 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Drone yang menewaskan tiga prajurit Amerika dan melukai puluhan lainnya di Yordania ternyata disalahartikan sebagai drone Amerika Serikat yang kembali pulang kandang ke instalasi militer AS. Dua pejabat AS mengungkapkan informasi ini pada Senin, (29/1/2024).
Ketika drone itu terbang rendah, drone AS sedang kembali ke instalasi di gurun, dikenal sebagai Tower 22 dan mungkin dibiarkan lolos secara tidak sengaja, menurut laporan awal dari pejabat-pejabat tersebut yang tidak diizinkan untuk berkomentar dan bersikeras untuk tetap anonim.
"Ketika drone musuh mendekati, drone AS kembali ke Tower 22, dan kemungkinan besar dibiarkan lolos karena kesalahan," ungkap laporan awal tersebut.
Sebagai akibatnya, tidak ada usaha untuk menembak jatuh drone yang kemudian menyerang pos pada dini hari Minggu, (28/1/2024). Salah satu trailer tempat prajurit tidur menanggung dampak terbesar dari serangan itu, sementara trailer di sekitarnya mengalami kerusakan akibat ledakan dan serpihan yang terbang.
Dilaporkan dari 34 prajurit yang terluka, sebagian besar mengalami luka sayatan, memar, cedera otak traumatik, dan luka serupa. Delapan orang dievakuasi secara medis, dan anggota dinas yang paling parah luka berada dalam kondisi kritis namun stabil.
Laporan awal ini pertama kali diungkapkan oleh The Wall Street Journal.
Penjelasan tentang bagaimana drone musuh berhasil melewati pertahanan udara AS di instalasi ini muncul ketika Gedung Putih hari Senin mengumumkan mereka tidak mencari alasan untuk perang dengan Iran meskipun Presiden Joe Biden bersumpah akan mengambil tindakan balasan, meyakini Tehran berada di balik serangan tersebut.
Biden bertemu dengan anggota tim keamanan nasionalnya di Ruang Situasi Gedung Putih untuk membahas perkembangan terbaru.
Serangan berani ini, yang pemerintahan Biden tuding dilakukan kelompok proxy berbasis Iran, menambah kompleksitas pada situasi Timur Tengah yang sudah tegang. Pemerintahan Biden berusaha mencegah perang Israel-Hamas meluas menjadi konflik regional yang lebih luas.
Baca Juga: Washington: 3 Tentara AS Tewas dan 34 Lainnya Terluka dalam Serangan Drone di Yordania
"Presiden dan saya tidak akan mentolerir serangan terhadap pasukan AS, dan kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela AS dan pasukan kami," kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada Senin saat dia bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Pentagon.
Serangan drone ini adalah salah satu dari puluhan serangan terhadap pasukan AS di Timur Tengah sejak Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober, memicu perang di Gaza. Namun, ini adalah serangan pertama yang menewaskan tentara Amerika Serikat.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, mengulangi pernyataan satu hari setelah Biden berjanji untuk "menuntut pertanggungjawaban semua yang bertanggung jawab pada waktu dan dengan cara yang kita pilih" bahwa pemerintahan AS tidak mencari konflik baru di Timur Tengah.
Tetapi Kirby juga menegaskan kesabaran AS menipis setelah lebih dari dua bulan serangan oleh proxy Iran terhadap pasukan AS di Irak, Suriah, dan Yordania, serta terhadap Angkatan Laut AS dan kapal komersial di Laut Merah.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press