> >

Hamas dan Israel Sepakati Pengiriman Obat: 1 Kotak untuk Sandera Hamas, 1.000 Kotak untuk Warga Gaza

Kompas dunia | 17 Januari 2024, 21:57 WIB
Perempuan Palestina dekat jenazah-jenazah keluarganya yang dibunuh Israel di Rafah, Jalur Gaza, Rabu, (10/1/2024). Qatar dan Prancis hari Rabu, (17/1/2024) perantarai kesepakatan pengiriman obat kepada warga Palestina dan sandera Hamas di Gaza, 1 kotak obat untuk warga Israel sandera Hamas setara dengan 1.000 kotak obat untuk warga Gaza. (Sumber: AP Photo/Fatima Shbair)

RAFAH, KOMPAS.TV - Qatar dan Prancis menjadi perantara kesepakatan pengiriman obat kepada warga Palestina dan sandera Hamas di Gaza, Rabu (17/1/2024). Kesepakatan itu yakni pengiriman satu kotak obat untuk warga Israel sandera Hamas yang setara dengan 1.000 kotak obat untuk warga Gaza.

Pengiriman obat-obatan untuk puluhan sandera yang ditahan Hamas sedang dalam perjalanan menuju Gaza pada  Rabu (17/1). Mediasi kesepatan itu menjadi yang pertama antara Israel dan Hamas sejak gencatan senjata seminggu pada November 2023 lalu.

Hamas memberikan rincian lebih lanjut tentang kesepakatan itu.

Pejabat senior Hamas, Moussa Abu Marzouk mengatakan, untuk setiap kotak obat yang disediakan untuk para sandera, 1.000 kotak akan dikirim untuk digunakan oleh warga sipil Palestina.

Dalam unggahan di X, ia mengatakan Komite Internasional Palang Merah ICRC akan mengirimkan semua obat, termasuk yang ditujukan untuk para sandera, ke rumah sakit yang melayani seluruh bagian Gaza.

Kesepakatan ini juga mencakup pengiriman makanan tambahan dan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Abu Marzouk mengatakan pihak berwenang Israel tidak akan memiliki kesempatan untuk memeriksa kiriman tersebut. Ia mengatakan Hamas bersikeras agar Qatar menyediakan obat-obatan tersebut, dan bukan Prancis, karena dukungan negara Eropa tersebut terhadap Israel.

Ini adalah kesepakatan pertama yang dicapai antara kedua belah pihak sejak gencatan senjata seminggu pada bulan November. Hamas dan kelompok militan lainnya masih menahan sekitar setengah dari sekitar 250 sandera yang mereka tangkap selama serangan pada 7 Oktober yang memicu perang.

Baca Juga: Israel Klaim Berhasil Bunuh Pemimpin Palestina di Tepi Barat dalam Serangan Udara

Asap pengeboman Israel di kamp pengungsi Nur Shams, Tulkarem, Tepi Barat, Rabu (3/1/2024). Qatar dan Prancis hari Rabu, (17/1/2024) perantarai kesepakatan pengiriman obat kepada warga Palestina dan sandera Hamas di Gaza, 1 kotak obat untuk warga Israel sandera Hamas setara dengan 1.000 kotak obat untuk warga Gaza. (Sumber: Majdi Mohammed/Associated Press)

Sebagian besar yang lainnya dibebaskan pada November sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.

Mereka yang masih ditawan di Gaza termasuk beberapa pria tua dan orang lain yang memerlukan obat untuk penyakit kronis. Kesepakatan ini juga mencakup pengiriman bantuan kemanusiaan kepada penduduk di enklave pesisir itu.

Kesepakatan ini tercapai lebih dari 100 hari dalam konflik yang tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir dan telah memicu ketegangan di seluruh Timur Tengah, dengan serangkaian serangan dan balasan dalam beberapa hari terakhir dari utara Irak hingga Laut Merah dan dari selatan Lebanon hingga Pakistan.

Milisi Palestina masih melancarkan perlawanan di seluruh Gaza di tengah salah satu kampanye militer paling mematikan dalam sejarah baru-baru ini.

Sebanyak 85% dari penduduk wilayah pantai yang sempit ini, yang berjumlah 2,3 juta orang, telah meninggalkan rumah mereka, dan PBB menyatakan seperempat dari populasi tersebut kelaparan.

Israel telah berjanji untuk membubarkan Hamas untuk memastikan agar mereka tidak dapat mengulangi serangan seperti pada 7 Oktober yang memicu perang.

Saat itu, kombatan Hamas menyerbu pertahanan perbatasan Israel dan menyerang beberapa komunitas pada hari itu, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menawan sekitar 250 orang.

Israel juga berjanji untuk mengembalikan lebih dari 100 sandera yang masih ditahan di dalam Gaza setelah Hamas pada akhir November melepaskan sebagian besar perempuan dan anak-anak yang ditawan sebagai imbalan pembebasan Palestina yang dipenjara di Israel.

Hamas mengatakan mereka tidak akan melepaskan lebih banyak sandera sampai ada gencatan senjata permanen, sesuatu yang Israel dan Amerika Serikat, sekutu utamanya, menolak.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU